Minggu, 25 Oktober 2015

TAFSIR AYAT TENTANG HUBUNGAN ANTAR AGAMA


BAB I
PENDAHULUAN

A.    LATAR BELAKANG MASALAH

         Sebagaimana yang kita ketahui Negara kita Indonesia adalah negara yang besar. Hal itu bisa dibuktikan dari berbagai macam keanekaragaman budaya yang dimiliki oleh bangsa Indonesia. Keanekaragaman tersebut antara lain meliputi, suku, bangsa, bahasa, ras, termasuk di dalamnya agama. Keanekaragaman ini ibarat dua sisi mata pedang, di sisi lain dia bisa menjadi aset berharga untuk bangsa kita namun d isisi lain ia justru bisa menjadi ancaman bagi keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI).
             Hal di atas menunjukkan pembenarannya kalau kita perhatikan beberapa fenomena yang terjadi di Indonesia belakangan ini. Banyak konflik yang terjadi di sebabkan oleh perbedaan – perbedaan di atas, sebagai contoh : Perang Saudara di Ambon, Tragedi Priok ,Peristiwa Lampung, dan mungkin yang paling hangat di dalam ingatan kita bermunculannya aliran sesat seperti kasus Ahmadiyah, nabi palsu, dan lain sebagainya.
            Munculnya beberapa peristiwa yang terjadi belakangan ini sungguh memprihatinkan. Nilai – nilai mulia tersebut mulai tergerus oleh sebuah sikap yang bernama egoisme . Konflik – konflik dalam beragama sering kali diselesaikan dengan cara – cara yang tidak dewasa dan terkadang dengan sikap anarkisme. Disinilah letak pentingnya peran ajaran agama sebagai lembaga kontrol sosial terhadap berbagai fenomena yang terjadi dalam kehidupan bermasyarakat dan bernegara. Agama Islam khusunya melalui kitab sucinya Al-Qur’an telah mengatur pola hubungan antar umat beragama seperti yang akan di jelaskan melalui makalah ini.


B.     RUMUSAN MASALAH


Berdasarkan latar belakang tersebut, maka adapun rumusan masalah dalam makalah ini, adalah sebagai berikut:
1)     Bagaimana tafsir ayat-ayat tentang hubungan antar agama?
2)      Bagaiamanakah sikap hubungan antar agama?
3)      Apakah hikmah mempelajari ayat-ayat tentang hubungan antar agama tersebut?

C.    TUJUAN DAN MANFAAT PENULISAN

Tujuan dari penulisan makalah ini adalah sebagai berikut:
1)      Untuk mengetahui hadist dan tafsir ayat-ayat tentang hubungan antar agama.
2)      Untuk mengetahui sikap hubungan antar agama.
3)      Untuk mengetahui hikmah mempelajari ayat-ayat tentang hubungan antar agama tersebut.



BAB II
PEMBAHASAN


A.   TAFSIR AYAT TENTANG HUBUNGAN ANTAR AGAMA

     Dalam pembahasan ayat-ayat tentang hubungan antar agama, terdapat di dalam beberapa ayat Al-Quran, sebagai berikut :

1..    Q.S. Al-Mumtahanah Ayat 8 9

۞عَسَى ٱللَّهُ أَن يَجۡعَلَ بَيۡنَكُمۡ وَبَيۡنَ ٱلَّذِينَ عَادَيۡتُم مِّنۡهُم مَّوَدَّةٗۚ وَٱللَّهُ قَدِيرٞۚ وَٱللَّهُ غَفُورٞ رَّحِيمٞ ٧ لَّا يَنۡهَىٰكُمُ ٱللَّهُ عَنِ ٱلَّذِينَ لَمۡ يُقَٰتِلُوكُمۡ فِي ٱلدِّينِ وَلَمۡ يُخۡرِجُوكُم مِّن دِيَٰرِكُمۡ أَن تَبَرُّوهُمۡ وَتُقۡسِطُوٓاْ إِلَيۡهِمۡۚ إِنَّ ٱللَّهَ يُحِبُّ ٱلۡمُقۡسِطِينَ ٨ إِنَّمَا يَنۡهَىٰكُمُ ٱللَّهُ عَنِ ٱلَّذِينَ قَٰتَلُوكُمۡ فِي ٱلدِّينِ وَأَخۡرَجُوكُم مِّن دِيَٰرِكُمۡ وَظَٰهَرُواْ عَلَىٰٓ إِخۡرَاجِكُمۡ أَن تَوَلَّوۡهُمۡۚ وَمَن يَتَوَلَّهُمۡ فَأُوْلَٰٓئِكَ هُمُ ٱلظَّٰلِمُونَ ٩

7. Mudah-mudahan Allah menimbulkan kasih sayang antaramu dengan orang-orang yang kamu musuhi di antara mereka. Dan Allah adalah Maha Kuasa. Dan Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang
8. Allah tidak melarang kamu untuk berbuat baik dan berlaku adil terhadap orang-orang yang tiada memerangimu karena agama dan tidak (pula) mengusir kamu dari negerimu. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang berlaku adil
9. Sesungguhnya Allah hanya melarang kamu menjadikan sebagai kawanmu orang-orang yang memerangimu karena agama dan mengusir kamu dari negerimu, dan membantu (orang lain) untuk mengusirmu. Dan barangsiapa menjadikan mereka sebagai kawan, maka mereka itulah orang-orang yang zalim


          Dari ayat di atas menjelaskan bahwa Tuhan hanya melarang kamu berkawan setia dengan orang-orang yang terang-terang memusuhimu, yang memerangi kamu, yang mengusir kamu atau membantu orang-orang yang mengusirmu seperti yang dilakukan musyrikin Makkah. Sebagian mereka berusaha mengusirmu dan sebagian yang lain menolong orang yang mengusirmu. Adapun orang-orang yang menjadikan musuh-musuh itu sebagai teman setia, menyampaikan kepada mereka rahasia-rahasia yang penting dan menolong mereka, maka merekalah yang dzalim karena menyalahi aturan perintah Allah.

            Banyak di temui dalam sejarah: orang-orang kafir yang membantu kaum muslimin dalam perjuangan Islam seperti dalam penaklukan Spanyol dan penaklukan Mesir. Mereka mengusir orung-orang Romawi dengan bantuan orang Qibti. Banyak pula di antara orang-orang kafir yang diangkat sebagai pegawai pada kantor-kantor Pemerintah di masa Umar bin Khattab dan pada masa kerajaan Umawiyah dan `Abbasiah, bahkan ada di antara mereka yang diangkat menjadi duta mewakili pemerintah Islam.
         Demikianlah Allah telah menjelaskan ayat-ayat Nya kepada kaum muslimin supaya diperhatikan dengan sebaik-baiknya agar jangan terperosok ke dalam jurang kebinasaan karena kurang hati-hati dan tidak waspada dalam berteman akrab dengan orang-orang kafir itu.[1]
        Dalam Al-Qur’an menggambarkan adanya orang-orang penganut agama lain (Yahudi, Nasrani, Penyembah Bintang, dan lain-lain). Allah mengajarkan kita untuk memiliki hubungan baik antar umat beragama. Dan apabila kita tidak menjaga hubungan baik antar umat beragama, pastinya akan timbul konflik-konflik atau permusuhan yang tidak kita inginkan dan akan merugikan orang-orang disekitarnya.



2.  Q.S. Al-Kaafiruun Ayat 1-6

قُلۡ يَٰٓأَيُّهَا ٱلۡكَٰفِرُونَ ١  لَآ أَعۡبُدُ مَا تَعۡبُدُونَ ٢  وَلَآ أَنتُمۡ عَٰبِدُونَ مَآ أَعۡبُدُ ٣  وَلَآ أَنَا۠ عَابِدٞ مَّا عَبَدتُّمۡ ٤ وَلَآ أَنتُمۡ عَٰبِدُونَ مَآ أَعۡبُدُ ٥  لَكُمۡ دِينُكُمۡ وَلِيَ دِينِ ٦ 


Artinya:

1. Katakanlah: "Hai orang-orang kafir,
2. Aku tidak akan menyembah apa yang kamu sembah.
3. Dan kamu bukan penyembah Tuhan yang aku sembah.
4. Dan aku tidak pernah menjadi penyembah apa yang kamu sembah,
5. Dan kamu tidak pernah (pula) menjadi penyembah Tuhan yang aku sembah.
6. Untukmu agamamu, dan untukkulah, agamaku."


Secara umum (global), beberapa hal yang ditegaskan dengan berbagai bentuk penegasan yang tergambar secara jelas di bawah ini :[2]

Pertama
Allah memerintahkan Rasul-Nya  Sallallahu’allahi wa Sallam untuk memanggil orang-orang kafir dengan Khitab(panggilan) ‘yaa ayyuhal kafirun’ (wahai orang-orang kafir), padahal Al-Qur’an tidak biasa memanggil mereka dengan cara yang semacam ini. Yang lebih umum digunakan dalam Al-Qur’an adalah khitab semacam ‘yaa ayyuhan naas’(wahai sekalian manusia) dan sebagainya.
Kedua
pada ayat ke-2 dan ke-4 Allah memerintahkan Rasullullah Shallallahu’allahi wa Sallam untuk menyatakan secara tegas, jelas dan terbuka kepada mereka, dan tentu sekaligus kepada setiap orang kafir sepanjang sejarah, bahwa beliau (begitu pula umatnya) sama sekali tidak akan pernah (baca: tidak dibenarkan sema sekali) menyembah apa yang disembah oleh orang-orang kafir.
Ketiga
pada ayat ke-3 dan ke-5 Allah memerintahkan Rasullullah shallallahu’allahi wa sallam untuk menegaskan juga dengan jelas dan terbuka bahwa, orang-orang kafir pada hakikatnya tidak akan pernah benar-benar menyembah-Nya. Dimana hal ini bisa pula kita pahami sebagai larangan atas orang-orang kafir untuk ikut-ikutan melakukan praktek-praktek peribadatan kepada Allah sementara mereka masih berada dalam kekafirannya. Mereka baru boleh melakukan berbagai praktek peribadatan tersebut jika mereka sudah masuk ke dalam agama Islam.
Keempat
Allah lebih menegaskan hal kedua dan ketiga diatas dengan melakukan pengulangan ayat, dimanana kandungan ayat ke-2 diulang dalam ayat ke-4 dengan sedikit perubahan redaksi nash,sedang ayat ke-3 diulang dalam ayat ke-5 dengan redaksi nashyang sama persis.Adanya pengulangan ini menunjukan adanya larangan yang bersifat total dan menyeluruh,yang mencakup seluruh bentuk dan macam peribadatan.
Kelima
Allah memungkasi dan menyempurnakan semua hal diatas dengan penegasan terakhir dalam firman-Nya : ‘Lakum dinukum wa liya diin’(bagi kalian agama kalian dan bagiku agamaku). Dimana kalimat penutup yang singkat ini memberikan sebuah penegasan sikap atas tidak bolehnya pencampuran antar agama Islam dan agama lainnya. Jika Islam ya Islam tanpa boleh dicampur dengan unsure-unsur agama lainnya dan demikian pula sebaiknya. Ayat ini juga memupus harapan orang-orang kafir yang menginginkan kita untuk mengikuti dan terlibat dalam peribadatan-peribadatan mereka.


3.         Q.S ALI IMRAN AYAT 118.

ٰٓأَيُّهَا ٱلَّذِينَ ءَامَنُواْ لَا تَتَّخِذُواْ بِطَانَةٗ مِّن دُونِكُمۡ لَا يَأۡلُونَكُمۡ خَبَالٗا وَدُّواْ مَا عَنِتُّمۡ قَدۡ بَدَتِ ٱلۡبَغۡضَآءُ مِنۡ أَفۡوَٰهِهِمۡ وَمَا تُخۡفِي صُدُورُهُمۡ أَكۡبَرُۚ قَدۡ بَيَّنَّا لَكُمُ ٱلۡأٓيَٰتِۖ إِن كُنتُمۡ تَعۡقِلُونَ ١١٨

Artinya :
Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu ambil menjadi teman kepercayaanmu orang-orang yang, di luar kalanganmu (karena) mereka tidak henti-hentinya (menimbulkan) kemudharatan bagimu. mereka menyukai apa yang menyusahkan kamu. telah nyata kebencian dari mulut mereka, dan apa yang disembunyikan oleh hati mereka adalah lebih besar lagi. sungguh telah Kami terangkan kepadamu ayat-ayat (Kami), jika kamu memahaminya.

        Terhadap orang-orang yang memusuhi ummat islam, Allah SWT mengingatkan agar bertindak waspada dan hati- hati. Mereka senantiasa mengintai orang-orang islam untuk satu saat menjatuhkannya, namun Allah SWT sama sekali tidak menyebutkanagama sebagai faktor yang menyebabkan mereka memusushi orang islam.[3]
Pada ayat ini Allah memperingatkan orang-orang mukmin agar jangan bergaul rapat dengan orang-orang kafir yang telah nyata sifat-sifatnya yang buruk itu, jangan mempercayai mereka dan jangan menyerahkan urusan-urusan kaum muslimin kepada mereka. Menurut Ibnu Abbas ayat ini diturunkan berhubungan dengan tindakan sebagian kaum muslimin yang berhubungan rapat dengan orang-orang Yahudi Madinah karena bertetangga dan adanya perjanjian damai antara mereka.
Dapat dipahami dari padanya bahwa Allah melarang mengambil orang-orang kafir yang telah nyata kejahatan niatnya terhadap orang mukmin sebagai teman akrab mereka itu adalah orang-orang musyrik, Yahudi, munafik dan lain-lain.
Maka janganlah orang mukmin bergaul rapat dengan orang-orang kafir yang mempunyai sifat yang dinyatakan dalam ayat ini yaitu mereka yang:
a.Senantiasa menyakiti dan merugikan kaum muslimin dan berusaha menghancurkan mereka.
b.Menyatakan terang-terangan dengan lisan rasa amarah dan benci terhadap kaum muslimin. mendustakan Nabi Muhammad saw dan Alquran dan menuduh orang-orang Islam sebagai orang-orang yang bodoh dan fanatik.
c.Kebencian dan kemarahan yang mereka ucapkan dengan lisan itu adalah amat sedikit sekali bila dibandingkan dengan kebencian dan kemarahan yang disembunyikan dalam hati mereka. Tetapi bila sifat-sifat itu telah berubah menjadi sifat-sifat yang baik atau mereka tidak lagi mempunyai sifat-sifat yang buruk itu terhadap kaum muslimin maka Allah tidak melarang untuk bergaul dengan mereka.



B.   SIKAP ANTAR AGAMA

Sikap antar agama  :[4]
a. Terjalin hubungan saudara atau persaudaraan antara agama , Nabi saw. bersabda : المسلم اخو السلم لا يظلمه ولا يحذله ولايخذبه ولا يحقرهArtinya : “Orang muslim menjadi saudara bagi muslim lainnya, tidak boleh menganiaya sesamanya, membiarkannya, berdusta, dan tidak boleh menghinakannya”. HR. Muslim
 b. Mendasarkan semua prilakunya akan ketaqwaan kepada Allah swt.
c. Saling hormat menghormati dan tidak boleh saling meremehkan.
d. Tidak boleh curiga mencurigai, harus selalu ditumbuh kembangkan sikap husnuddhan.
e. Selalu menjaga nama baik saudaranya, tidak boleh mencari-cari kesalahan orang lain.
f. Menjadikan perbedaan warna kulit dan keturunan serta ras dan bangsa untuk saling ta’aruf, mengadakan hubungan timbal balik secara baik.
g. Gotong royong atau tolong menolong dalam masalah kebaikan dan banyak lagi yang lainnya. Semua sifat dan sikap serta usaha untuk menciptakan kerukunan dan perdamaian telah dicontohkan oleh Nabi saw. selama masa hidup beliau yang pada saat ini sudah terkonsep dalam “Akhlaqul Karimh”,dan yang harus dijauhi oleh setiap muslim dalam setiap pergaulannya terkumpul dalam konsep “Akhlaqul Madzmumah”


C.   HIKMAH MEMPELAJARI TAFSIR AYAT HUBUNGAN ANTAR AGAMA

Hikmah mempelajari tafsir ayat-ayat hubungan antar agama diatas, dapat dirincikan sebagai berikut:
1.      Islam tidak melarang umatnya untuk berbuat baik dan adil kepada orang-orang kafir yang hidup sebagai rakyat negara Islam dengan jaminan perlindungan dari negara atau orang-orang kafir yang hidup sebagaii rakyat negara kafir, tetapi mempunyai perjanjian dengan negara Islam.
2.      Allah memberikan dispensasi kepada kaum mu’min untuk melakuka hubungan mu’amalah dengan kaum kufar yang tidak memusuhi dan memerangi mereka.
3.      Orang mu’min diwajibkan untuk berlaku adil kepada kaum kufar, yaitu dengan cara memelihara dan menjamin hak, kehormatan, kemuliaan dan harta serta kebolehan bergaul dengan mereka, meskipun tetap tidak menjadikan mereka sebagai teman setia. Sebaliknya berbuat baik dan berlaku adil terhadap orang-orang kafir yang menyerang dan memerangi kaum muslimin dan agmanya jelas dilarang.
4.      Secara umum Islam memberikan pengakuan terhadap realita keberadaan agama-agama lain dan penganut-penganutnya.
5.      Islam memberikan ketegasan sikap ideologis berupa penolakan total terhadap setiap bentuk kesyirikan aqidah, ritual ibadah ataupun hukum, yang terdapat didalam agama-agama lain
6.      Tidak ada boleh ada pencampuran antara Islam dan agama-agama lain dalam bidang-bidang akidah, ritual ibadah dan hukum.



BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
        Semua agama mengajarkan kasih sayang, cinta, kedamaian, kebajikan, persaudaraan dan sejumlah nilai-nilai kemanusiaan secara normative dan ideal. Semoga Allah menjadikan diantara manusia dengan musuh-musuhnya rasa kasih sayang setelah kebencian, rasa cinta setelah permusuhan dan percekcokan. Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu, sehingga Dia dapat mempersatukan hati-hati yang bermusuhan, Allah Maha Pengampun terhadap orang-orang yang bertaubat dari kesalahan.
       Berdasarkan ayat-ayat diatas, dapat diketahui bahwa agama Islam bukanlah faktor yang menjadi penghambat dalam membina hubungan antar pemeluk agama. Islam telah menawarkan konsep tolenransi yang sangat rasional. Namun dalam hubungannya dengan keyakinan (akidah) dan ibadah, umat Islam tidak mengenal kata kompromi.
      Alquran telah meletakkan ajaran tentang kerukunan hidup antar umat beragama secara adil dan proporsional. Allah tidak melarang umat muslim untuk berlaku baik dan adil terhadap setiap orang termasuk kepada non muslim. Oleh karena itu, sudah seharusnya setiap orang menanakan sikap tolenransi dan sikap saling tolong-menolong antar umat beragama dalam kehidupan berbangsa dan bernegara.

 Saran
          Kepada para mahasiswa/mahasiswi, penulis menyadari banyaknya kekurangan dari penulisan makalah ini, oleh karena itu disarankan kepada seluruh pembaca, supaya mencari dan dan membaca referensi-referensi lain yang terkait dengan materi yang berkaitan dengan tafsir ayat-ayat hubungan antar agama.



DAFTAR PUSTAKA


Abuddin Nata, Tafsir Ayat-ayat Pendidikan, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada), 2002.   
Ibnu Katsir, Tafsir Juz ‘Amma, (Jakarta: Pustaka Azzam), 2007.
Jalaluddin As-Suyuthi, Sebab Turunnya ayat Al-Qur’an, (Jakarta: Gema Insani), 2008.
Syaikh Abdurrahman bin Nashir as-Sa’di, Taisir al-Karim ar-Rahman fi Tafsir Kalam al-Mannan, (Jakarta: Pustaka Sahifa), 2007.
Muhammad Husein Adz-Zahabi, Ensiklopedia Tafsir, (Jakarta: Kalam Mulia), 2007, hh. 188-189










[1] Muhammad Husein Adz-Zahabi, Ensiklopedia Tafsir, (Jakarta: Kalam Mulia), 2007, hh. 188-189
[2] Ibnu Katsir, Tafsir Juz ‘Amma, (Jakarta: Pustaka Azzam), 2007, hal. 376.
[3] Abuddin Nata, Tafsir Ayat-ayat Pendidikan, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada), 2002, hal. 218.

[4]http://materipai.sman1jember.sch.id/PELENGKAP/2.16%20KERUKUNAN%20UMAT%20BERAGAMA.pdf

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

KerjaSama Orang Tua dengan Guru Dalam Pembentukan Akhlak siswa Pada Tingkat MI Di Yayasan Wathoniyah 5 ulu Laut Palembang

CONTOH PROPOSAL TESIS PENDAHULUAN A.     Latar Belakang Masalah Agama Islam sangat menjunjung tinggi tingkah laku atau akhlak ya...