BAB I
PENDAHULUAN
A.
LATAR BELAKANG MASALAH
Sebagaimana yang kita ketahui Negara
kita Indonesia adalah negara yang besar. Hal itu bisa dibuktikan dari berbagai
macam keanekaragaman budaya yang dimiliki oleh bangsa Indonesia. Keanekaragaman
tersebut antara lain meliputi, suku, bangsa, bahasa, ras, termasuk di dalamnya
agama. Keanekaragaman ini ibarat dua sisi mata pedang, di sisi lain
dia bisa menjadi aset berharga untuk bangsa kita namun d isisi lain ia justru
bisa menjadi ancaman bagi keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI).
Hal di atas menunjukkan
pembenarannya kalau kita perhatikan beberapa fenomena yang terjadi di Indonesia
belakangan ini. Banyak konflik yang terjadi di sebabkan oleh perbedaan –
perbedaan di atas, sebagai contoh : Perang Saudara di Ambon, Tragedi Priok
,Peristiwa Lampung, dan mungkin yang paling hangat di dalam ingatan kita bermunculannya
aliran sesat seperti kasus Ahmadiyah, nabi palsu, dan lain sebagainya.
Munculnya beberapa peristiwa yang
terjadi belakangan ini sungguh memprihatinkan. Nilai – nilai mulia tersebut
mulai tergerus oleh sebuah sikap yang bernama egoisme . Konflik – konflik dalam
beragama sering kali diselesaikan dengan cara – cara yang tidak dewasa dan
terkadang dengan sikap anarkisme. Disinilah letak pentingnya peran ajaran agama
sebagai lembaga kontrol sosial terhadap berbagai fenomena yang terjadi dalam
kehidupan bermasyarakat dan bernegara. Agama Islam khusunya melalui kitab
sucinya Al-Qur’an telah mengatur pola hubungan antar umat beragama seperti yang
akan di jelaskan melalui makalah ini.
B.
RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan latar belakang tersebut, maka adapun rumusan masalah dalam
makalah ini, adalah sebagai berikut:
1) Bagaimana tafsir ayat-ayat tentang
hubungan antar agama?
2) Bagaiamanakah sikap hubungan antar agama?
3) Apakah hikmah
mempelajari ayat-ayat tentang hubungan antar agama tersebut?
C. TUJUAN DAN MANFAAT PENULISAN
Tujuan dari penulisan
makalah ini adalah sebagai berikut:
1) Untuk mengetahui hadist
dan tafsir ayat-ayat tentang hubungan antar agama.
2) Untuk mengetahui sikap hubungan antar agama.
3) Untuk mengetahui hikmah
mempelajari ayat-ayat tentang hubungan antar agama tersebut.
BAB II
PEMBAHASAN
A. TAFSIR AYAT
TENTANG HUBUNGAN ANTAR AGAMA
Dalam pembahasan
ayat-ayat tentang hubungan antar agama, terdapat di dalam beberapa ayat
Al-Quran, sebagai berikut :
1.. Q.S.
Al-Mumtahanah Ayat 8 – 9
۞عَسَى ٱللَّهُ أَن يَجۡعَلَ بَيۡنَكُمۡ
وَبَيۡنَ ٱلَّذِينَ عَادَيۡتُم مِّنۡهُم مَّوَدَّةٗۚ
وَٱللَّهُ قَدِيرٞۚ وَٱللَّهُ
غَفُورٞ رَّحِيمٞ
٧ لَّا يَنۡهَىٰكُمُ ٱللَّهُ عَنِ ٱلَّذِينَ لَمۡ يُقَٰتِلُوكُمۡ فِي ٱلدِّينِ
وَلَمۡ يُخۡرِجُوكُم مِّن دِيَٰرِكُمۡ أَن تَبَرُّوهُمۡ وَتُقۡسِطُوٓاْ
إِلَيۡهِمۡۚ إِنَّ ٱللَّهَ يُحِبُّ ٱلۡمُقۡسِطِينَ ٨ إِنَّمَا يَنۡهَىٰكُمُ ٱللَّهُ
عَنِ ٱلَّذِينَ قَٰتَلُوكُمۡ فِي ٱلدِّينِ وَأَخۡرَجُوكُم مِّن دِيَٰرِكُمۡ
وَظَٰهَرُواْ عَلَىٰٓ إِخۡرَاجِكُمۡ أَن تَوَلَّوۡهُمۡۚ وَمَن يَتَوَلَّهُمۡ
فَأُوْلَٰٓئِكَ هُمُ ٱلظَّٰلِمُونَ ٩
7.
Mudah-mudahan Allah menimbulkan kasih sayang antaramu dengan orang-orang yang
kamu musuhi di antara mereka. Dan Allah adalah Maha Kuasa. Dan Allah Maha
Pengampun lagi Maha Penyayang
8.
Allah tidak melarang kamu untuk berbuat baik dan berlaku adil terhadap
orang-orang yang tiada memerangimu karena agama dan tidak (pula) mengusir kamu
dari negerimu. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang berlaku adil
9.
Sesungguhnya Allah hanya melarang kamu menjadikan sebagai kawanmu orang-orang
yang memerangimu karena agama dan mengusir kamu dari negerimu, dan membantu
(orang lain) untuk mengusirmu. Dan barangsiapa menjadikan mereka sebagai kawan,
maka mereka itulah orang-orang yang zalim
Dari ayat di
atas menjelaskan bahwa Tuhan hanya melarang kamu berkawan setia dengan
orang-orang yang terang-terang memusuhimu, yang memerangi kamu, yang mengusir
kamu atau membantu orang-orang yang mengusirmu seperti yang dilakukan musyrikin
Makkah. Sebagian mereka berusaha mengusirmu dan sebagian yang lain menolong
orang yang mengusirmu. Adapun
orang-orang yang menjadikan musuh-musuh itu sebagai teman setia, menyampaikan
kepada mereka rahasia-rahasia yang penting dan menolong mereka, maka merekalah
yang dzalim karena menyalahi aturan perintah
Allah.
Banyak di temui dalam sejarah: orang-orang kafir yang membantu kaum
muslimin dalam perjuangan Islam seperti dalam penaklukan Spanyol dan penaklukan
Mesir. Mereka mengusir orung-orang Romawi dengan bantuan orang Qibti. Banyak
pula di antara orang-orang kafir yang diangkat sebagai pegawai pada
kantor-kantor Pemerintah di masa Umar bin Khattab dan pada masa kerajaan
Umawiyah dan `Abbasiah, bahkan ada di antara mereka yang diangkat menjadi duta
mewakili pemerintah Islam.
Demikianlah Allah telah menjelaskan ayat-ayat Nya kepada kaum muslimin supaya
diperhatikan dengan sebaik-baiknya agar jangan terperosok ke dalam jurang
kebinasaan karena kurang hati-hati dan tidak waspada dalam berteman akrab
dengan orang-orang kafir itu.[1]
Dalam Al-Qur’an menggambarkan adanya orang-orang penganut agama lain
(Yahudi, Nasrani, Penyembah Bintang, dan lain-lain). Allah mengajarkan kita
untuk memiliki hubungan baik antar umat beragama. Dan apabila kita tidak
menjaga hubungan baik antar umat beragama, pastinya akan timbul konflik-konflik
atau permusuhan yang tidak kita inginkan dan akan merugikan orang-orang
disekitarnya.
2. Q.S. Al-Kaafiruun Ayat 1-6
قُلۡ يَٰٓأَيُّهَا ٱلۡكَٰفِرُونَ ١ لَآ أَعۡبُدُ مَا تَعۡبُدُونَ ٢ وَلَآ أَنتُمۡ عَٰبِدُونَ مَآ أَعۡبُدُ ٣ وَلَآ أَنَا۠ عَابِدٞ مَّا عَبَدتُّمۡ ٤ وَلَآ
أَنتُمۡ عَٰبِدُونَ مَآ أَعۡبُدُ ٥ لَكُمۡ دِينُكُمۡ وَلِيَ دِينِ ٦
Artinya:
1. Katakanlah: "Hai orang-orang kafir,
2.
Aku tidak akan menyembah apa yang kamu sembah.
3.
Dan kamu bukan penyembah Tuhan yang aku sembah.
4.
Dan aku tidak pernah menjadi penyembah apa yang kamu sembah,
5.
Dan kamu tidak pernah (pula) menjadi penyembah Tuhan yang aku sembah.
6.
Untukmu agamamu, dan untukkulah, agamaku."
Secara umum (global), beberapa hal yang ditegaskan
dengan berbagai bentuk penegasan yang tergambar secara jelas di bawah ini :[2]
Pertama
Allah memerintahkan
Rasul-Nya Sallallahu’allahi wa Sallam untuk memanggil orang-orang
kafir dengan Khitab(panggilan) ‘yaa ayyuhal kafirun’ (wahai
orang-orang kafir), padahal Al-Qur’an tidak biasa memanggil mereka dengan cara
yang semacam ini. Yang lebih umum digunakan dalam Al-Qur’an adalah khitab semacam ‘yaa
ayyuhan naas’(wahai sekalian manusia) dan sebagainya.
Kedua
pada ayat ke-2 dan ke-4 Allah
memerintahkan Rasullullah Shallallahu’allahi wa Sallam untuk menyatakan secara
tegas, jelas dan terbuka kepada mereka, dan tentu sekaligus kepada setiap orang
kafir sepanjang sejarah, bahwa beliau (begitu pula umatnya) sama sekali tidak
akan pernah (baca: tidak dibenarkan sema sekali) menyembah apa yang disembah
oleh orang-orang kafir.
Ketiga
pada ayat ke-3 dan ke-5 Allah
memerintahkan Rasullullah shallallahu’allahi wa sallam untuk menegaskan juga
dengan jelas dan terbuka bahwa, orang-orang kafir pada hakikatnya tidak akan
pernah benar-benar menyembah-Nya. Dimana hal ini bisa pula kita pahami sebagai
larangan atas orang-orang kafir untuk ikut-ikutan melakukan praktek-praktek
peribadatan kepada Allah sementara mereka masih berada dalam kekafirannya.
Mereka baru boleh melakukan berbagai praktek peribadatan tersebut jika mereka
sudah masuk ke dalam agama Islam.
Keempat
Allah lebih menegaskan hal kedua
dan ketiga diatas dengan melakukan pengulangan ayat, dimanana kandungan ayat
ke-2 diulang dalam ayat ke-4 dengan sedikit perubahan redaksi nash,sedang
ayat ke-3 diulang dalam ayat ke-5 dengan redaksi nashyang sama
persis.Adanya pengulangan ini menunjukan adanya larangan yang bersifat total dan
menyeluruh,yang mencakup seluruh bentuk dan macam peribadatan.
Kelima
Allah memungkasi dan menyempurnakan
semua hal diatas dengan penegasan terakhir dalam firman-Nya : ‘Lakum dinukum
wa liya diin’(bagi kalian agama kalian dan bagiku agamaku). Dimana kalimat
penutup yang singkat ini memberikan sebuah penegasan sikap atas tidak bolehnya
pencampuran antar agama Islam dan agama lainnya. Jika Islam ya Islam tanpa
boleh dicampur dengan unsure-unsur agama lainnya dan demikian pula sebaiknya.
Ayat ini juga memupus harapan orang-orang kafir yang menginginkan kita untuk
mengikuti dan terlibat dalam peribadatan-peribadatan mereka.
3. Q.S ALI IMRAN AYAT 118.
ٰٓأَيُّهَا ٱلَّذِينَ ءَامَنُواْ لَا تَتَّخِذُواْ بِطَانَةٗ مِّن دُونِكُمۡ لَا يَأۡلُونَكُمۡ
خَبَالٗا وَدُّواْ مَا عَنِتُّمۡ قَدۡ بَدَتِ ٱلۡبَغۡضَآءُ
مِنۡ أَفۡوَٰهِهِمۡ وَمَا تُخۡفِي صُدُورُهُمۡ أَكۡبَرُۚ قَدۡ بَيَّنَّا لَكُمُ ٱلۡأٓيَٰتِۖ
إِن كُنتُمۡ تَعۡقِلُونَ ١١٨
Artinya :
Hai orang-orang
yang beriman, janganlah kamu ambil menjadi teman kepercayaanmu orang-orang
yang, di luar kalanganmu (karena) mereka tidak henti-hentinya (menimbulkan)
kemudharatan bagimu. mereka menyukai apa yang menyusahkan kamu. telah nyata
kebencian dari mulut mereka, dan apa yang disembunyikan oleh hati mereka adalah
lebih besar lagi. sungguh telah Kami terangkan kepadamu ayat-ayat (Kami), jika
kamu memahaminya.
Terhadap orang-orang yang memusuhi ummat islam,
Allah SWT mengingatkan agar bertindak waspada dan hati- hati. Mereka senantiasa
mengintai orang-orang islam untuk satu saat menjatuhkannya, namun Allah SWT
sama sekali tidak menyebutkanagama sebagai faktor yang menyebabkan mereka
memusushi orang islam.[3]
Pada ayat ini Allah memperingatkan orang-orang mukmin agar jangan
bergaul rapat dengan orang-orang kafir yang telah nyata sifat-sifatnya yang
buruk itu, jangan mempercayai mereka dan jangan menyerahkan urusan-urusan kaum
muslimin kepada mereka. Menurut Ibnu Abbas ayat ini diturunkan berhubungan
dengan tindakan sebagian kaum muslimin yang berhubungan rapat dengan
orang-orang Yahudi Madinah karena bertetangga dan adanya perjanjian damai
antara mereka.
Dapat dipahami dari padanya bahwa Allah melarang mengambil
orang-orang kafir yang telah nyata kejahatan niatnya terhadap orang mukmin
sebagai teman akrab mereka itu adalah orang-orang musyrik, Yahudi, munafik dan
lain-lain.
Maka janganlah orang mukmin bergaul rapat dengan orang-orang kafir yang mempunyai sifat yang dinyatakan dalam ayat ini yaitu mereka yang:
a.Senantiasa menyakiti dan merugikan kaum muslimin dan berusaha menghancurkan mereka.
b.Menyatakan terang-terangan dengan lisan rasa amarah dan benci terhadap kaum muslimin. mendustakan Nabi Muhammad saw dan Alquran dan menuduh orang-orang Islam sebagai orang-orang yang bodoh dan fanatik.
c.Kebencian dan kemarahan yang mereka ucapkan dengan lisan itu adalah amat sedikit sekali bila dibandingkan dengan kebencian dan kemarahan yang disembunyikan dalam hati mereka. Tetapi bila sifat-sifat itu telah berubah menjadi sifat-sifat yang baik atau mereka tidak lagi mempunyai sifat-sifat yang buruk itu terhadap kaum muslimin maka Allah tidak melarang untuk bergaul dengan mereka.
Maka janganlah orang mukmin bergaul rapat dengan orang-orang kafir yang mempunyai sifat yang dinyatakan dalam ayat ini yaitu mereka yang:
a.Senantiasa menyakiti dan merugikan kaum muslimin dan berusaha menghancurkan mereka.
b.Menyatakan terang-terangan dengan lisan rasa amarah dan benci terhadap kaum muslimin. mendustakan Nabi Muhammad saw dan Alquran dan menuduh orang-orang Islam sebagai orang-orang yang bodoh dan fanatik.
c.Kebencian dan kemarahan yang mereka ucapkan dengan lisan itu adalah amat sedikit sekali bila dibandingkan dengan kebencian dan kemarahan yang disembunyikan dalam hati mereka. Tetapi bila sifat-sifat itu telah berubah menjadi sifat-sifat yang baik atau mereka tidak lagi mempunyai sifat-sifat yang buruk itu terhadap kaum muslimin maka Allah tidak melarang untuk bergaul dengan mereka.
B. SIKAP ANTAR AGAMA
Sikap antar agama
:[4]
a. Terjalin
hubungan saudara atau persaudaraan antara agama , Nabi saw. bersabda : المسلم اخو السلم لا يظلمه ولا يحذله ولايخذبه ولا يحقرهArtinya
: “Orang muslim menjadi saudara bagi muslim lainnya, tidak boleh menganiaya
sesamanya, membiarkannya, berdusta, dan tidak boleh menghinakannya”. HR. Muslim
b. Mendasarkan semua prilakunya akan ketaqwaan
kepada Allah swt.
c. Saling
hormat menghormati dan tidak boleh saling meremehkan.
d. Tidak boleh
curiga mencurigai, harus selalu ditumbuh kembangkan sikap husnuddhan.
e. Selalu
menjaga nama baik saudaranya, tidak boleh mencari-cari kesalahan orang lain.
f. Menjadikan
perbedaan warna kulit dan keturunan serta ras dan bangsa untuk saling ta’aruf,
mengadakan hubungan timbal balik secara baik.
g. Gotong royong atau tolong
menolong dalam masalah kebaikan dan banyak lagi yang lainnya. Semua sifat dan
sikap serta usaha untuk menciptakan kerukunan dan perdamaian telah dicontohkan
oleh Nabi saw. selama masa hidup beliau yang pada saat ini sudah terkonsep dalam
“Akhlaqul Karimh”,dan yang harus dijauhi oleh setiap muslim dalam setiap
pergaulannya terkumpul dalam konsep “Akhlaqul Madzmumah”
C. HIKMAH MEMPELAJARI TAFSIR AYAT HUBUNGAN ANTAR AGAMA
Hikmah
mempelajari tafsir ayat-ayat hubungan antar agama diatas, dapat dirincikan
sebagai berikut:
1. Islam tidak
melarang umatnya untuk berbuat baik dan adil kepada orang-orang kafir yang
hidup sebagai rakyat negara Islam dengan jaminan perlindungan dari negara atau
orang-orang kafir yang hidup sebagaii rakyat negara kafir, tetapi mempunyai
perjanjian dengan negara Islam.
2. Allah
memberikan dispensasi kepada kaum mu’min untuk melakuka hubungan mu’amalah
dengan kaum kufar yang tidak memusuhi dan memerangi mereka.
3. Orang mu’min
diwajibkan untuk berlaku adil kepada kaum kufar, yaitu dengan cara memelihara
dan menjamin hak, kehormatan, kemuliaan dan harta serta kebolehan bergaul
dengan mereka, meskipun tetap tidak menjadikan mereka sebagai teman setia.
Sebaliknya berbuat baik dan berlaku adil terhadap orang-orang kafir yang
menyerang dan memerangi kaum muslimin dan agmanya jelas dilarang.
4. Secara umum
Islam memberikan pengakuan terhadap realita keberadaan agama-agama lain dan
penganut-penganutnya.
5. Islam
memberikan ketegasan sikap ideologis berupa penolakan total terhadap setiap
bentuk kesyirikan aqidah, ritual ibadah ataupun hukum, yang terdapat didalam
agama-agama lain
6. Tidak ada
boleh ada pencampuran antara Islam dan agama-agama lain dalam bidang-bidang
akidah, ritual ibadah dan hukum.
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Semua agama
mengajarkan kasih sayang, cinta, kedamaian, kebajikan, persaudaraan dan
sejumlah nilai-nilai kemanusiaan secara normative dan ideal. Semoga Allah
menjadikan diantara manusia dengan musuh-musuhnya rasa kasih sayang setelah
kebencian, rasa cinta setelah permusuhan dan percekcokan. Allah Maha Kuasa atas
segala sesuatu, sehingga Dia dapat mempersatukan hati-hati yang bermusuhan,
Allah Maha Pengampun terhadap orang-orang yang bertaubat dari kesalahan.
Berdasarkan ayat-ayat
diatas, dapat diketahui bahwa agama Islam bukanlah faktor yang menjadi
penghambat dalam membina hubungan antar pemeluk agama. Islam telah menawarkan
konsep tolenransi yang sangat rasional. Namun dalam hubungannya dengan
keyakinan (akidah) dan ibadah, umat Islam tidak mengenal kata kompromi.
Alquran
telah meletakkan ajaran tentang kerukunan hidup antar umat beragama secara adil
dan proporsional. Allah tidak melarang umat muslim untuk berlaku baik dan adil
terhadap setiap orang termasuk kepada non muslim. Oleh karena itu, sudah
seharusnya setiap orang menanakan sikap tolenransi dan sikap saling
tolong-menolong antar umat beragama dalam kehidupan berbangsa dan bernegara.
Saran
Kepada para mahasiswa/mahasiswi,
penulis menyadari banyaknya kekurangan dari penulisan makalah ini, oleh karena
itu disarankan kepada seluruh pembaca, supaya mencari dan dan membaca
referensi-referensi lain yang terkait dengan materi yang berkaitan dengan
tafsir ayat-ayat hubungan antar agama.
DAFTAR PUSTAKA
Abuddin Nata, Tafsir
Ayat-ayat Pendidikan, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada),
2002.
Ibnu Katsir, Tafsir
Juz ‘Amma, (Jakarta: Pustaka Azzam), 2007.
Jalaluddin
As-Suyuthi, Sebab Turunnya ayat Al-Qur’an, (Jakarta: Gema
Insani), 2008.
Syaikh Abdurrahman bin
Nashir as-Sa’di, Taisir al-Karim ar-Rahman fi Tafsir Kalam al-Mannan, (Jakarta:
Pustaka Sahifa), 2007.
Muhammad Husein Adz-Zahabi, Ensiklopedia Tafsir, (Jakarta: Kalam Mulia), 2007, hh. 188-189
Tidak ada komentar:
Posting Komentar