CONTOH PROPOSAL TESIS
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Agama Islam sangat menjunjung tinggi tingkah
laku atau akhlak yang mulia baik dan buruknya penilaian terhadap kepribadian
pemeluknya adalah tergantung bagaimana tingkah laku atau akhlak yang
ditampilkannya dalam kehidupan sehari-hari. Jika tingkah laku yang
ditampilkannya baik, maka akan baik pula penilaian yang melekat pada dirinya
dan akan membawa efek positif dalam kehidupannya. Sebaliknya jika tingkah laku
yang ditampilkan buruk, maka akan buruk pula penilaian yang diberikan kepadanya
dan akan membawa dampak negatif bukan hanya bagi dirinya, tetapi juga bagi
orang lain, terutama bagi orang yang ada disekitar kehidupannya.
Pendidikan Islam merupakan pendidikan yang
bertujuan untuk mengasuh dan membimbing anak didik agar dapat memahami,
menghayati ajaran-ajaran Islam, sehingga nampaklah perilakunya dan tujuan hidup
yang terarah pastinya.[1]Islam Mengutamakan kemuliaan akhlak,
sebagaimana Nabi Muhammad saw pernah bersabda yang artinya : “Sesungguhnya
aku diutus hanyalah untuk menyempurnakan akhlak manusia”. Pernyataan Rasulullah
ini dapat dipahami bahwa menyempurnakan akhlak atau memperbaiki tingkah laku
manusia menjadi akhlak yang baik dan mulia, merupakan misi utama kerasulannya,
yang mana kita tidak tahu kemungkinan manusia biasa berakhlak ataupun
bertingkah laku tidak baik. Karena pada dasarnya manusia itu memiliki potensi
untuk berakhlak dan bertingkah laku baik dan juga bertingkah laku tidak baik.
Pendidikan
bertujuan untuk membina anak kearah kedewasaan supaya anak didik dapat
memperoleh keseimbangan antara perasaan dan akal budinya serta dapat mewujudkan
dalam kehidupannya sehari-hari. Yang lebih khusus lagi pendidikan
agama Islam mempunyai tujuan yang hampirsama dengan tujuan pendidikan nasional di
samping kecerdasan rasionalnya juga dengan kecerdasan relegiusnya.
Konsep ilmu
pengetahuan dan pendidikan anak dikenal tiga komponen yang terlibat dalam upaya
pembentukan kepribadian anak didik, yaitu : Keluarga, sekolah dan masyarakat.[2]Para
ahli telah sepakat bahwa pendidikan agama Islam pada anak dalam keluarga
merupakan dasar dalam pembentukan moral, karena keluarga merupakan pendidik utama.Disamping
untuk mengefektifkan pekerjaan seorang guru untuk mengajarkan pendidikan agama
Islam anak, maka terlebih dahulu memahami latar belakang pendidikan agama
keluarganya. Anak didik yang orang tuanya kurang pendidikan keagamaannya maka akan
mempengaruhi pula pemahaman agama anak. Sehingga sangatlah diperlukan kerjasama
orang tua dan guru pendidikan agama agar anak lebih tertanam nilai-nilai
pendidikan agama Islam sehingga dalam kepribadian dapat terpantau pada
kehidupan sehari-sehari. Dalam UU No. 20 Tahun 2003 menyatakan bahwa pendidikan
adalah tanggung jawab bersama antara keluarga, masyarakat dan pemerintah,
sekolah hanya membantu kelangsungan pendidikan anak, karena pendidikan yang
pertama dan utama diperoleh anak adalah pendidikan dari orang tuanya. Peralihan
bentuk pendidikan jalur luar sekolah ke jalur pendidikan formal memerlukan
kerjasama antara orang tua dan guru di sekolah.
Membina tingkah laku dan etika anak
juga merupakan suatu kewajiban agama yang
wajib bagi setiap pendidik berdasarkan dalil al-Qur’an dan Allah
memerintahkan baik berbentuk pengajaran, perlindungan dan peribadahan.[3] Dengan
demikian, pendidikan dan pembinaan akhlak merupakan perkara yang memiliki
kedudukan yang penting dalam pendidikan
dan pembinaan Islam. Sebagaimana yang ditegaskan bahwasannya guru dan pendidik
adalah manusia yang mulia., Muhammad saw diutus sebagai rasul dengan tujuan
mendidik dan membina akhlak manusia. Rasulullah saw bersabda “sesungguhnya aku tidak diutus melainkan
untuk menyempurnakan akhlak yang mulia” (HR Bukhari).
Membentuk anak atau siswa agar memiliki
tingkah laku yang baik sesuai dengan ajaran agama kita yaitu agama Islam atau
berakhlak mulia, bukanlah perkara yang yang bisa dibilang mudah. Sebelum
terbentuknya tingkah laku yang baik atau akhlak mulia itu, terlebih dahulu
harus ada nilai-nilai akhlaqul karimah
dalam diri mereka melalui proses pembelajaran, latihan dan pembiasaan dan
sosialisasi dalam waktu yang cukup lama bahkan bisa juga sepanjang hidupnya
secara bertahap. Apalagi menanamkan nilai-nilai akhlak kepada siswa yang
tingkah lakunya terlanjur keliru karena faktor kurangnya perhatian serta
bimbingandari orangtua di rumah, ditambah pula dengan teman sepergaulan, suasana
lingkungan masyarakat yang kurang mendukung dan juga teknologi informasi yang
ada kalanya memberikan efek positif, tetapi juga membawa dampak negatif
terhadap perkembangan tingkah laku mereka.
Pendidikan sebagai suatu sistem yaitu terdiri atas beberapa komponen yang masing-masing saling berkaitan dan
berhubungan untuk mencapai keberhasilan pendidikan sesuai dengan apa yang telah
diprogramkan. Keselarasan antar komponen ini akan menopang keberhasilan
pencapaian tujuan Pendidikan. Menurut Jalaluddin alat pendidikan adalah segala
sesuatu yang bisa menunjang kelancaran pendidikan dan salah satu dari alat
pendidikan tersebut adalah pendidik.[4]
Pada dasarnya pendidikan yang pertama dan
paling utama adalah orangtua. Orang tua merupakan penanggung jawab pertama dan
yang utama terhadap pembinaan akhlak dan kepribadian seorang anak.Orangtua
dapat membina dan membentuk akhlak dan kepribadian anak melalui sikap dan cara
hidup yang diberikan orangtua yang secara tidak langsung merupakan pendidikan
bagi sang anak. Selain orangtua,guru
juga memiliki tugas sebagai penanggungjawab terhadap pembentukan sikap dan pembinaan
akhlak siswa.[5]
Tujuan utama dari pendidikan Islam adalah untuk membentuk sikap dan tingkah
laku siswa serta membina akhlak siswa agar menjadi penuntun untuk menjalani
kehidupan sesuai dengan ajaran Islam. Pentingnya akhlak tidak saja dirasakan oleh
manusia dalam kehidupan perseorangan, tetapi juga dalam kehidupan dalam
keluarga dan masyarakat, bahkan juga dirasakan dalam kehidupan beerbangsa atau
bernegara kelak ketika siswa tersebut telah dewasa. Sebagaimana yang
dikemukakan oleh Nasrudin Razak dalam buku yang berjudul “Dienul Islam”
bahwasannya “Pendidikan Aklaqul Karimah
(akhlak mulia) adalah faktor yang penting dalam membina suatu umat untuk
membangun suatu bangsa.[6]
Keluarga memegang peranan yang penting sekali dalam pendidikan
akhlak karena keluarga berperan sebagai lembaga atau institusi yang pertama
kali secara langsung berinteraksi dengan siswa di rumah.[7]
Oleh Karena itu mereka mendapat pengaruh dari segala tingkah lakunya. Maka dari
itu, diharuskan pada keluarga untukmengambil posisi tentang pendidikan ini,
mengajari mereka dengan akhlak yang terpuji yang diajarkan oleh syari’at Islam
seperti kebenaran, kejujuran, pemurah, cinta kebaikan, penyayang, tanggung
jawab dan lain sebagainya.
Namun terkadang karena keterbatasan yang dimiliki oleh para
orangtua, menjadikan mereka harus melakukan kerjasama dengan pihak-pihak yang
dapat membantu mereka dalam hal pendidikan anak. Khususnya, dengan
lembaga-lembaga pendidikan (sekolah, bimbel, dll) dan masyarakat agar dapat
mendidik anak-anak mereka dengan sebaik mungkin. Sekolah adalah lingkungan yang
sangat berbeda dengan lingkungan yang ada dirumah. Sekolah tempat bertemunya berbagai macam
anak dengan bermacam-macam latar belakang yang berbeda sehingga terkadang
terjadi perbedaan pemikiran,
kepribadian, atau bahkan kebiasaan. Pergaulan juga biasanya memberikan dampak
yang sangat penting terhadap anak.Di sekolah, guru atau pengajar adalah seorang
figur yang akan menjadi contoh bagi siswa-siswanya. Siswa akan melihat perilaku
sang guru sehingga mereka akan menerapkan di kehidupan sehari-hari. Guru
memiliki pengaruh yang sangat berperan penting dalam pembentukan dan pembinaan
kepribadian siswa. Pada umumnya pendidikan guru yang paling berpengaruh pada
siswa, sedangkan siswa pada umumnya memperhatikan dan menirukan perilaku guru
di sekolahnya.[8]
Akhlak merupakan
hal yang sangat penting dalam kehidupan manusia, karena dengan akhlak itu
pulalah salah satu ciri yang membedakan antara manusia dan makhluk lainnya.
Akhlak merupakan yang telah tertanam dalam diri seseorang, sehingga menjadi
suatu kepribadian yang kuat pada dirinya.Karena sifat yang telah mendarah
daging pada seorang siswa, maka semua perbuatannya dilakukan dengan mudah dan
tanpa pemikiran.[9]
Maka dari itu, di zaman yang modern seperti saat ini tiap sekolah-sekolahnya,
para guru-gurunya telah dihadapkan pada masalah moral dan akhlak yang cukup
serius.
Dunia pendidikan sangat besar sekali pengaruhnya terhadap
pembentukan akhlak seorang siswa, berbagai ilmu diperkenalkan agar para siswa
memahaminya dan dapat melakukan suatu perubahan pada dirinya. Pada awalnya
seorang siswa tidak memiliki wawasan atau pengetahuan tentang sesuatu, tapi
setelah ia memasuki dunia pendidikan ia mempunyai wawasan yang luas yang akan
diterapkan ke dalam tingkah laku dalam kesehariannya. Begitu pula jika seorang
siswa mempelajari akhlak yang akan memberi tahu bagaimana seharusnya manusia
itu bertingkah laku, bersikap terhadap sesama dan lingkungannya.[10]
Dalam pembinaan akhlak siswa sangat diperlukan kerja sama antara
orangtua dan guru dalam upaya pembentukan dan pembinaan akhlak siswa. Di
sekolah siswa mendapatkan pengajaran akhlak dari guru, sedangkan di rumah
orangtualah yang menanamkan akhlak kepada anak-anakya. Sehingga akan terjalin
hubungan yang baik antara orangtua dengan guru.
Dengan adanya beberapa uraian di atas, maka dapat kita ketahui
bahwa keluarga dan sekolah merupakan pihak yang sangat memiliki pengaruh besar
terhadap pendidikan dan pendidikan akhlak anak sehingga perlu adanya kerjasama
yang baik diantara keduanya.
Yayasan Wathoniyah adalah lembaga pendidikan yang menerima para
siswanya tanpa membedakan latarbelakang sosial, ekonomi, jabatan orangtua
ataupun faktor lainnya, Sehingga siapapun dapat mendaftar di sekolah
tersebut.Yang paling terpenting adalah niat dari orangtua masing-masing tiap
siswa yang menginginkan dan mengharapkan anaknya agar memiliki perilaku yang
baik dan berhasil juga dalam akademiknya di sekolah tersebut.
Dengan latarbelakang yang telah digambarkan di atas, maka peneliti
tertarik untuk mengadakan penelitian yang berjudul “Kerjasama Orangtua Dengan Guru Dalam Upaya Pembentukan
Akhlak Siswa
pada Tingkat MI diYayasan Wathoniyah 5UluLaut Palembang”
B. Pembatasan Masalah
Mengingat perlunya pembatasan masalah, agar
pembahasan tidak terlalu meluas dan terarah maka pembatasan masalah dalam
penelitian ini adalah Siswa dan siswi kelas 3 sampai kelas 5 di MI Wathoniyah 5
ulu Palembang.Tentang apa saja kerjasama yang dilakukan Orangtua dan guru dalam
hal upaya pembentukan dan pembinaanakhlak siswa pada Tingkat MI di Yayasan Wathoniyah
5 ulu Palembang.
C.
Rumusan Masalah
Berdasarkan Latar belakang masalah dan batasan
masalah di atas, maka dapat disimpulkan beberapa rumusan masalah sebagai
berikut :
1. Bagaimana bentuk kerjasama atau usaha – usaha apa saja yang dilakukan
orangtua dan guru dalam upaya pembentukan akhlak siswa pada Tingkat MI di
Yayasan Wathoniyah 5 ulu Laut Palembang.
2. Bagaimana tugas dan tanggung jawab guru dan orangtua terhadap pembentukan akhlak siswa ?
3. Bagaimana hasil kerjasama orangtua dan guru di Yayasan Wathoniyah 5 ulu Laut Palembangterhadap pembentukan akhlak siswa ?
D. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka
dapat diketahui tujuan dari penelitian ini, yaitu :
1. Untuk mengetahui bentuk kerjasama orangtua dengan guru
dalam pembentukan akhlak siswa.
2. Untuk menganalisis bagaimana tugas dan kerjasama orangtua dengan
guru terhadap pembentukan akhlak siswa.
3. Untuk mengetahui bagaimana hasil kerjasama
orangtua dengan guru terhadap pembentukan akhlak siswa.
E.
Kegunaan Penelitian
Dalam proses
penelitian ini terdapat beberapa kegunaan, yaitu :
1.
Manfaat
Teoritis
Manfaat
secara teoritis dari penelitian ini adalah supaya dapat memberikan bahan
masukan dan membantu dalam hal meningkatkan kualitas pada kegiatan kerjasama
antara orangtua dengan guru dalam upaya pembentukan akhlak siswa
pada TingkatMI di Yayasan Wathoniyah 5 ulu Laut Palembangserta agar tercapai kualitas pembentukan dan pembinaan
akhlak pada siswa sesuai dengan apa yang diharapkan.
2.
Manfaat
Praktis
Dengan
penelitian yang dilakukan ini diharapkan dapat menambah/memperkaya wawasan dan
pengalaman yang berarti tentang kerjasama orangtua dengan guru dalam upaya pembentukan akhlak siswa
pada TingkatMI di Yayasan Wathoniyah 5 ulu Palembangsehingga
dapat dijadikan sebagai pengalaman, latihan, pengembangan pelaksanaan belajar
mengajar.
F.
Tinjauan Pustaka
Berikut ini merupakan beberapa penelusuran terhadap
beberapa hasil penelitian terkait dengan pembinaan akhlak siswa (Perilaku atau
karakter) yang telah dilakukakan oleh beberapa peneliti sebelumnya :
Mislinar (2011), dalam tesisnya yang berjudul “Upaya
Guru Pendidikan Agama Islam Dalam Peningkatan Akhlak Peserta Didik (Studi kasus
di SekolahMenengah Pertama Islam Terpadu (SMP IT) Izzudin Palembang”.[11]Pascasarjana
UIN Raden Fatah Palembang. Dalam tesisnya menyimpulkan bahwa upaya guru dalam
meningkatkan akhlak peserta didik SMP Islam terpadu Izzudin telah berjalan
dengan baik, meliputi peningkatan proses belajar mengajar, membaca dan
menghafal al-Qur’an serta berzikir dan berdo’a setiap hari, meningkatkan
keidisplinan baik terhadap guru maupun terhadap peserta didik, menerapkan
metode mengajar yang bervariasi menuju kunjungan edukatif (karyawisata), serta
mendatangkan narasumber baik orang tua peserta didik maupun peserta didik itu
sendirimaupun masyarakat lainnya yang disesuaikan dengan tema kebutuhan
peningkatan akhlak dan sains. Kepada peserta didik yang sudah hafal juz 30 dan
29 diberikan sertifikat khusus.
Khoirul Anwar (2015), dalam tesisnya yang berjudul“Pembinaan
akhlak siswa di MA Muhammadiyah 1 Palembang (pada kegiatan keagamaan)”.[12]Pascasarjana UIN Raden Fatah Palembang. Dalam
tesisnya menjelaskan bahwa pembinaan akhlak terhadap siswa harus diberikan
secara tepat dengan cara mulai dari pendekatan terhadap siswa itu sendiri bisa
juga dilihat dari perkembangan psikologi siswa tersebut. Pendidikan yang
berlandaskan Ajaran agama Islam yang diberikan dan disampaikan secara bertahap
pada anak tersebut akan menjadi unsur yang penting dalam proses pembinaan akhlak
siswa.
Faisal (2005), dalam tesisnya yang berjudul“Upaya Guru
dalam menciptakan suasana keagamaan di Sekolah Menengah Atas Negeri (SMA) N 6
Palembang”.[13]Pascasarjana
UIN Raden Fatah Palembang. Dalam tesisnya ia menjelaskan bahwasannya guru-guru
memiliki program dan juga mereka dapat mengintegrasi nilai-nilai keagamaan
antar bidang studi yang diajarkan di sekolah tersebut. Pemanfaatan sarana dan
prasarana tempat ibadah dengan semaksimal mungkin. Akan tetapi di sini baru
sebatas praktek ibadah saja. Shalat dhuha, shalat hajat, shalat dzuhur, membaca
Al-Qur’an dan lain sebagainya. inilah upaya guru dalam menciptakan suasana
keagamaan di sekolahnya.
Hermi (2015),“Akhlak siswa SMA (Studi kasus terhadap
akhlak pelajaran SMA Negeri 2 Muara Pinang Kab. 4 Lawang) dan faktor-faktoryang mempengaruhinya”.[14]Pascasarjana UIN Raden Fatah Palembang. Dalam
tesisnya dijelaskan bahwasannya akhlak siswa pada sekolah ini sangatlah kurang
baik. Kurangnya sikap hormat siswa kepada gurunya mulai dari ketika di dalam
kelas ataupun di luar sekolah. Akan tetapi ada juga yang memiliki perilaku dan
akhlak yang baik terhadap guru dan temannya tapi hanya sebagian kecil saja. Dan
faktor-faktor yang mempengaruhinya diantaranya yaitu kurangnya perhatian orang
tua di rumah karena kesibukan masing-masing.
Fitriatus Sofiah (2014), dalam tesisnya yang berjudul “Kisah Yusuf A.S dalam al-Qur’an sebagai metode Pendidikan akhlak Islam”,[15]
Pascasarjana UIN Raden Fatah Palembang. Dalam tesisnya disimpulkan bahwasannya
melalui kisah Yusuf A.S dalam al-Qur’an manusia hendaklah menyadari sejauh mana
perlunya belajar tentang akhlak. Bahwa akhlak bukan hanya sekedar pelajaran
akademis yang terpisah dari kehidupan masyarakat, tetapi pada surat ini juga
terdapat pelajaran yang berkaitan erat dengan kehidupan masyarakat. Manusia tak
cukup hanya dengan makan dan minumsaja, tetapi juga memerlukan nila-nilai yang
dapat mengarahkan hidup berupa akhlak yang mengatur segala tindakannya.
Peran guru di Sekolah itu sebagai pengganti orangtua siswa di
rumah karena kesibukan atau keterbatasan pendidikan yang dimiliki orang tua,
maka seorang guru itu mempunyai peranan yang sangat penting terhadap proses
pembinaan akhlak siswa di sekolahnya masing-masing. Antara guru dan orangtua memiliki hubungan yang sangat terkait antara satu
sama lain. Guru membina dan mendidik siswa di sekolah sedangkan orangtua
membina dan mendidik siswa di rumah.
Sehubungan dengan penjelasan di atas, walaupun sudah
banyak para peneliti yang meneliti tentang akhlak, namun kajiannya berbeda
dengan peneliti yang fokus pada Kerjasama Orangtua dengan guru dalam upaya pembentukan akhlak siswa pada Tingkat MIdi
Yayasan Wathoniyah 5 ulu laut Palembang.
G.
Kerangka
Teori
Pendidikan berusaha mengubah keadaan seseorang
dan tidak tahu menjadi tahu, dari dapat berbuat, dan tidak bersikap seperti
yang diharapkan menjadi bersikap seperti yang diharapkan. Kegiatan pendidikan
adalah usaha membentuk manusia secara keseluruhan aspek kemanusiannya secara
utuh, lengkap dan terpadu. Tugas pendidikan, termasuk pendidikan di sekolah,
yang paling utama selain memberikan dan mengajarkan materi yaitu menanamkan
nilai-nilai pendidikan agama islam pada diri siswa.[16] Maka hendaklah masing-masing guru
melaksanakan tugas pendidikannya itu sebaik-baiknya.
1. Kerjasama
Dalam kamus besar bahasa Indonesia, kata kerja yang
memiliki arti kegiatan yang dilakukan oleh beberapa lembaga atau orang untuk
mencapai tujuan yang telah direncanakan.[17]Kerja sama antara guru dengan orangtua dalam hal pembinaan akhlak
memiliki makna. Maknanya yaitu, usaha-usaha yang dilakukan oleh dua komponen
dan saling membantu satu sama lain. Pendidik siswa di sekolah adalah guru
sedangkan pendidik siswa di rumah adalah orangtua. Keduanya memiliki peran yang
penting dan sangat berpengaruh besar terhadap perkembangan anak.
2. Orangtua
Pengertian orang tua dalam kamus besar bahasa Indonesia
disebutkan “Orang tua artinya ayah dan ibu.“pengertian orangtua
lainnya adalah orang yang bertanggung jawab terhadap pendidikan anak-anaknya
dan merekalah yang mempunyai kewajiban mendidik anak-anaknya.[18]Seorang bapak atau ayah dan ibu dari anak-anak mereka
tentunya memiliki kewajiban yang penuh terhadap keberlangsungan hidup bagi
anak-anaknya, karena anak memiliki hak untuk diurus danan dibina oleh
orang tuanya hingga beranjak dewasa.Sedangkan dalam penggunaan bahasa Arab
istilah orang tua dikenal dengan sebutan Al-walid pengertian tersebut
dapat dilihat dalam Alquran surat Lukman ayat 14 yang berbunyi
:
Artinya:
“Dan kami perintahkan kepada manusia (Berbuat baik) kepada dua orang ibu
bapaknya ibunya telah mengandungnya dalam keadaan lemah yang
bertambah-tambahdan menyapihnya dalam dua tahun, bersyukurlah kepada-Ku dan
kepada dua orang ibu bapakmu, hanya kepada-Kulah kembalimu.” (Q.S. Lukman
ayat 14).
3. Guru
Secara etimologi, guru merupakan gabungan dua kata dalam
bahasa jawa, yaitu “digugu” dan ditiru”.Digugu berarti dipercaya
dan ditiru berarti diikuti. Artinya
bahwasannya seorang guru itu harus bias dipercaya setiap kata-kata, ucapan dan
perilakunya agar menjadi panutan dan teladan mulia untuk diikuti.[19]
Guru
merupakan profesi yang meemrlukan keahlian khusus sebagai guru. Pekerjaan ini
tidak bisa dilakukan oleh orang sembarang orang di luar bidang kependidikan
walaupun kenyataannya masih dilakukan oleh orang di luar kependidikan. Tugas
guru diantaranya mendidik, mengajar, dan melatih. Mendidik berarti berarti
meneruskan dan mengembangkan nilai-nilai hidup.Mengajar berarti meneruskan dan
mengembangkan ilmu pengetahuan dan teknologi.Sedangkan melatih berarti
mengembangkan keterampilan –keterampilan siswa.
4. Pembentukan Akhlak
Menurut bahasa akhlak berasal dari bahasa Arab yaitu dari kata khuluq
(khuluqun), yang berarti budi pekerti, perangai, tingkah laku atau tabi’at.
Sedangkan secara istilah akhlak berarti ilmu yang menentukan batas antara yang
baik dan buruk, antara yang terbaik dengan yang tercela, tentang perbuatan
manusia, lahir dan batin. Menurut
Ibrahim Karim Zainuddin, akhlak adalah nilai-nilai dan sifat-sifat yang
tertanam dalam jiwa yang dengan sorotan dan pertimbangan, seseorang dapat
menilai padanya baik atau buruk, kemudian memilih melakukan atau
meninggalkannya.[20]
Jadi akhlak
adalah usaha untuk menjadikan perangai dan sikap yang baik sebagai watak
seseorang anak, dengan adanya pembinaan akhlak ini diharapkan agar anak didik
menjadi lebih terarah dalam bertindak dan berprilaku. Pembinaan serta
pembentukan akhlak juga merupakan tujuan utama dalam pendidikan Islam.[21].
Pendidikan akhlak adalah jiwa pendidikan Islam dan bahwa mencapai akhlak yang
sempurna adalah tujuan pendidikan yang sebenarnya. Dari pendapat tersebut dapat saya ambil kesimpulan bahwa pendidikan akhlak merupakan tujuan pendidikan yang
harus dicapai sebagai awal pembentukan diri pribadi muslim agar tercapai tujuan
pendidikan yang sebenarnya.
Secara garis besar akhlak
digolongkan menjadi dua yaitu akhlak mahmudah dan akhlak mazmumah.
Akhlak mahmudah adalah segala macam sikap dan tingkah laku yang baik.
Sedang akhlak mazmumah adalah segala macam sikap dan tingkah laku yang
tercela.Sikap seperti ini adalah perbuatan yang sering timbul dikalangan
manusia seperti egois, dusta, khianat, pemarah, sombong dan lain sebagainya.[22]
H.
Metode Penelitian
Teknik Pengumpulan data
Untuk membantu berjalannya proses
penelitian ini. Peneliti menggunakan metode sebagai berikut :
1.
Observasi
Metode
Observasi merupakan suatu teknik pengumpulan data yang tidak hanya mengukur sikap dari
responden namun juga dapat dilihat dari berbagai fenomena, baik dalam situasi
yang sebenarnya maupun dlaam situasi buatan untuk mencapai suatu tujuan.
Observasi tidak hanya digunakan dalam
kegiatan evaluasi saja tetapi juga dala bidang penelitian. Tujuan utama
observasi adalah untuk mengumpulkan data dan informasi baik yang berupa
peristiwa atau tindakan , baik dalam situasi yang sesungguhnya maupun dalam
situasi buatan.[23]
Adapun observasi yang dilakukan untuk mengetahui apa saja kerjasama
orangtua dengan guru dalam upaya pembinaan akhlak siswa pada tingkat MI di
Yayasan Wathoniyah 5 ulu laut Palembang, untuk mengetahui bagaimana hasil
kerjasama orangtua dengan guru dalam hal upaya pembentukan
akhlak siswa, mengamati dan mencatat beberapa hal yang berhubungan dengan
kegiatan guru, kegiatan siswa dalam proses pembentukan
akhlak siswa.
2.
Wawancara
Wawancaramerupakanteknikpengumpulan
data yang dilakukanmelaluitatapmukadan Tanya jawab baik secara langsung maupun
tidak langsung antarapengumpul data maupunpenelititerhadapnarasumberatausumber
data. Beberapa hal yang perlu disiapkan ketika akan wawancara yaitu : tujuan wawancara,
membuat kisi-kisi dan pedoman wawancara, menyusun pertanyaan sesui data yang diperlukan dan
bentuk pertanyaan yang diinginkan.[24]
Wawancara
pada penelitian kualitatif memiliki sedikit perbedaan dibandingkan dengan
wawancara lainnya, seperti wawancara penerimaan pegawai baru dan penerimaan
mahasiswa baru.Wawancara pada penelitian kualitatif merupakan pembicaraan yang
mempunyai tujuan dan didahului beberapa pertanyaan informal, terkadang teknik
wawancara ini lebih dari sekedar
percakapan dan berkisar dari informal ke formal.[25]
Tidak seperti pada percakapan biasa, wawancara penelitian ditujukan untuk
mendapatkan informasi dari satu sisi saja.Peneliti cenderung mengarahkan
wawancara pada penemuan perasaan, persepsi, dan pemikiran sang informan.
Teknik ini digunakan agar dapat mengetahui secara
langsung dari sumber data itu sendiri mengenai apa saja kerjasama yang
dilakukan orangtua dan guru dalam pembentukan akhlak siswa, faktor penghambat
dan pendukung dalam pembentukan akhlak siswa pada kelas 3 - 5 MI
di Yayasan Wathoniyah 5 ulu Palembang.
Dan bagaimana hasil kerjasama orangtua dengan guru dalam hal upaya pembentukan
akhlak siswa pada lembaga tersebut.
3.
Dokumentasi
Dokumentasi merupakan teknik pengumpulan
sumber data yang digunakan untuk melengkapi penelitian, baik berupa sumber
tertulis, film, gambar (foto), dan lain sebagainya, yang semuanya itu
memberikan informasi bagi proses penelitian.[26] Dalam penelitian ini dokumentasi ini
digunakan untuk mendapatkan data mengenai kerjasama orangtua dengan guru dalam
upaya guru dalam pembinaan akhlak siswa, gambaran keadaan,situasi dan kondisi
sekolah tersebut. Contoh dokumen yang diperlukan: profil sekolah,guru, siswa, tata tertib sekolah,prestasi
siswa dan sekolah, sarana prasarana sekolah, beasiswa dan lain sebagainya.
Teknik dokumentasi bukan hanya sekedar
mengumpulkan dan mengumpulkan dan menuliskan atau melaporkan dalam bentuk
kutipan-kutipan tentang sejumlah dokumen yang dilaporkan dalam penelitian,
melainkan hasil analisis terhadap dokumen-dokumen tersebut. Akan tetapi, ada
yang harus diperhatikan secara sungguh-sungguh dalam teknik dokumentasi ini,
yaitu penguasaan dan pemahaman mengenai teknik pengkajian isi dari dokumen yang
akan dijadikan sumber data.[27] Meskipun dokumentasi hanya menjadi pelengkap
dalam penelitian kualitatif, tetapi kesalahan atau ketidakakuratan dalam kajian
isi dokumen itu sendiri, yang menyebabkan tingkat hasil penelitian
dipertanyakan.
Teknik Analisis Data
Analisis data adalah
kegiatan analisis mengkategorikan data untuk mendaparkan
pola hubungan, tema, menafsirkan apa yang bermakna, serta menyampaikan atau
melaporkannya kepada orang lain yang berminat.
Menurut Bogdan
dan Taylor, analisis data adalah upaya atau cara untuk mengolah data
menjadi informasi sehingga karakteristik data tersebut bisa dipahami dan
bermanfaat untuk solusi permasalahan, tertutama masalah yang berkaitan dengan
penelitian.[28] Jadi
definisi dari analisis data yaitu kegiatan yang dilakukan untuk mengubah data
hasil dari penelitian menjadi informasi yang nantinya bisa dipergunakan dalam
mengambil suatu kesimpulan.
Untuk menganalisis data yang diperoleh melalui observasi,
wawancara dan dokumentasi, maka peneliti menggunakan teknik analisis deskriftif
kualitatif. Mendeskripsikan data kualitatif adalah dengan cara menyusun dan
mengelompokkandata yang ada, sehingga memberikan gambaran yang nyata pada responden. Langkah – langkahnya diantaranya :
reduksi data (merangkum), display (penyajian data), verifikasi (menarik
kesimpulan).
Tujuan Analisis Data yaitu untuk mengungkapkan data apa yang masih perlu dicari, hipotesis
apa yang perlu diuji, pertanyaan apa yang perlu dijawab,metode apa yang harus
digunakan untuk mendapatkan informasi baru dan kesalahan apa yang harus segera
diperbaiki.[29]
I. Sistematika Pembahasan
Agar dapat memudahkan dalam pembahasan yang
telah ditentukan, peneliti membuat sistematika Pembahasan sebagai
berikut :
Bab I yaitu menjelaskan tentang latar belakang
masalah, identifikasi masalah, rumusan masalah, tujuan dan kegunaan penelitian,
tinjauan pustaka, kerangka teori, definisi operasional, metodologi penelitian,
sistematika pembahasan.
Bab II yaitu menguraikan pembahasan tentang orangtua dan guru, pembahasan
tentang akhlak, pembahasan tentang hasil dari kerjasama orangtua dan guru dalam
upaya pembentukan akhlak siswa.
Bab III
yaitu membicarakan tentang sejarah berdiri dan berkembangnya Yayasan Ma’had
Islamy, visi, misi dan tujuan, sarana prasarana, sarana sekolah, keadaan siswa,
guru dan kegiatan-kegiatan apa saja yang ada di sekolah ini.
Bab IV yaitu membahas hasil analisis tentang Kerjasama Orangtua Dengan Guru Dalam Upaya Pembentukan Akhlak pada Siswa tingkatMI di Yayasan Wathoniyah 5
ulu laut Palembang.
Bab V
yaitu menguraikan kesimpulan dari hasil penelitian
DAFTAR PUSTAKA
Anwar, Rosihon,“Akhlak Tasawwuf”, Bandung
: Pustaka Setia, 2010.
Arifin, Zainal, “Evaluasi Pendidikan”, Bandung
: PT. Remaja Rosdakarya, 2011.
--------------------, “Evaluasi Pembelajaran”, Bandung : PT. Remaja Rosdakarya, 2011.
Basri, Hasan, “Filsafat Pendidikan Islam”,
Bandung : Pustaka Setia, 2014
Daulay, Putra, Haidar, “Pendidikan Islam
dalam Sitem Pendidikan Nasional di Indonesia, Jakarta : Kencana Prenada
Media Group, 2014.
-----------------------------, “Pendidikan Islam dalam Perspektif Filsafat”, Jakarta : Kencana Prenada Media Group, 2014.
Djamarah, Bahri, Syaiful, “Psikologi
Belajar”, Jakarta : PT. Rineka Cipta, 2011.
Hasanah, Aan, “Pendidikan Karakter Berperspektif Islam”, Bandung :
Insan Komunika, 2013.
Hasbullah, “Dasar-dasar Ilmu
Pendidikan (Umum dan Agama Islam)”,Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada,
2013.
Jamil, “Akhlak
Tasawuf””Ciputat : Referensi, 2013.
Mardalis, “Metode
Penelitian Suatu Pendekatan Proposal”, Jakarta: PT. Bumi Aksara, 2014.
Muliawan, Ungguh, Jasa, “Ilmu
Pendidikan Islam”, Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada, 2015.
Musfiqon, “Metodologi Penelitian
Pendidikan”,Jakarta : PT. Prestasi Pustakarya, 2012.
Nasution, “Didaktik Asas-asas
Mengajar”, Jakarta : PT. Bumi Aksara, 2012.
Nata, Abuddin, ”Kapita Selekta Pendidikan Islam”,
Bandung : Angkasa Bandung, 2003.
--------------------, “Akhlak Tasawuf”,Jakarta : Rajawali Pers, 2011.
Sa’adudin, Mukmin, Abdul, Imam, “Meneladani
Akhlak Nabi Membangun Kepribadian Muslim”, Bandung :
PT. Remaja Rosdakarya, 2006.
Said, Muhammad, As, “Filsafat Pendidikan
Islam”, Yogyakarta : Mitra Pustaka, 2011.
Selamat, Kasmuri, dkk, “Akhlak
Tasawuf”, Jakarta : Kalam Mulia 2012
Rusmaini, “Ilmu Pendidikan”, Yogyakarta
: Pustaka Felicha, 2013.
Sardiman, “Interaksi & Motivasi Belajar
Mengajar”, Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada, 2011.
Slameto, “Belajar dan
Faktor-faktor yang Mempengaruhinya”, Jakarta : PT. Rineka Cipta, 2010.
Sunarto, dkk, “Perkembangan
Peserta Didik”, Jakarta : PT. Rineka Cipta, 2013.
Usman, Uzer, “Menjadi Guru Profesional”,
Bandung : PT. Remaja Rosdakarya, 2011.
Zainuddin, Masyhuri, Metodologi Penelitian
Pendektan Praktis dan Aplikatif”, Bandung : PT. Reflika Aditama, 2011.
[2] Haidar Putra Daulay, “Pendidikan Islam dalam Sistem Pendidikan
Nasional di Indonesia”, (Jakarta
: Kencana, 2014),
Hal 18.
[5] Sardiman, “Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar”,(Jakarta : PT. Raja
Grafindo Persada, 2011),
Hal 143.
[6] “Nasruddin Razak”, “Dienul Islam”,(Bandung: PT. Al-Ma’arif, 2008),
Hal 47.
[8] Sardiman, “Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar”,Hal
147.
[10]Kasmuri
Selamat, dkk, “Akhlak Taswwuf”, (Jakarta : Kalam Mulia, 2012), Hal 36.
[11] Mislinar, dalam tesisnya yang berjudul “Upaya Guru Pendidikan Agama Islam Dalam
Peningkatan Akhlak Peserta Didik (Studi kasus di Sekolah Menengah Pertama Islam
Terpadu (SMP IT) Izzudin Palembang”,(Pascasarjana UIN Raden Fatah
Palembang, 2011).
[12]Khoirul Anwar,dalam
tesisnya yang berjudul“Pembinaan akhlak siswa di MA Muhammadiyah 1 Palembang
(pada kegiatan keagamaan)”,
(Pascasarjana UIN Raden Fatah Palembang, 2015).
[13]Faisal,
dalam tesisnya yang berjudul “Upaya Guru
dalam meningkatkan Suasana Keagamaan di Sekolah Menengah Atas Negeri (SMAN 6)
Palembang”, (Pascasarjana UIN Raden Fatah Palembang, 2005).
[14]Hermi,
dalam tesisnya yang berjudul “Akhlak Siswa SMA (Studi kasus terhadap akhlak
pelajaran SMA Negeri 2 Muara Pinang Kab.4 Lawang”) dan faktor-faktor yang
mempengaruhinya”, (Pascasarjana
UIN Raden Fatah Palembang, 2015).
[15]Fitriatus
Sofiah, dalam
tesisnya yang berjudul “Kisah Yusuf A.S
dalam Al-Qur’an sebagai metode Pendidikan akhlak Islam”,
(Pascasarjana UIN Raden Fatah Palembang, 2014).
[16]Sardiman, “Interaksi
& Motivasi Belajar Mengajar”, (Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada,
2011), Hal 89.
[17]Tanti Yuniar, “Kamus Lengkap Bahasa Indonesia”,
(Jakarta : Agung Media Mulia, 2011 ), Hal 317.
[18]Sunarto, “Perkembangan Peserta Didik”, (Jakarta :
PT. Rineka Cipta, 2013), Hal 186.
[19]Muliawan,
Ungguh, Jasa, “Ilmu Pendidikan Islam”, (Jakarta
: PT. Raja Grafindo, 2015), Hal 173.
[21]Al-Abrasi Athiyah, M. “Dasar-Dasar
Pokok Pendidikan Pendidkan Islam”, (Jakarta : Bukan Bintang, 1993), Hal 10.
[22]Abu Ahmadi, dkk, “Dasar- Dasar
Pendidikan Agama Islam”,(Jakarta : Bumi Aksara, 1994), Hal 122
[23] Zainal Arifin,
“Evaluasi Pembelajaran”, (Bandung : PT. Remaja Rosdkarya, 2011), Hal
153.
[25]Imam
Gunawan, “Metode Penelitian Kualitatif
Teori dan Praktik”,( Jakarta : PT. Bumi Aksara, 2015), Hal 160.
[26] Musfiqon, “Metodologi
Penelitian Pendidikan”, (Jakarta : PT. Prestasi Pustaka, 2012), hal 131.
[27]Imam
Gunawan, “Metode Penelitian Kualitatif
Teori dan Praktik”, Hal 183.
[28]Iskandar,
“Metodologi Penelitian Kualitatif”,
(Jakarta : Gaung Persada Press, 2009), Hal 136.
[29]Mardalis,
“Metode Penelitian Suatu Pendekatan
Proposal”,(Jakarta: PT. Bumi Aksara, 2014), Hal 68.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar