Rabu, 09 Agustus 2017

KerjaSama Orang Tua dengan Guru Dalam Pembentukan Akhlak siswa Pada Tingkat MI Di Yayasan Wathoniyah 5 ulu Laut Palembang


CONTOH PROPOSAL TESIS

PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang Masalah
Agama Islam sangat menjunjung tinggi tingkah laku atau akhlak yang mulia baik dan buruknya penilaian terhadap kepribadian pemeluknya adalah tergantung bagaimana tingkah laku atau akhlak yang ditampilkannya dalam kehidupan sehari-hari. Jika tingkah laku yang ditampilkannya baik, maka akan baik pula penilaian yang melekat pada dirinya dan akan membawa efek positif dalam kehidupannya. Sebaliknya jika tingkah laku yang ditampilkan buruk, maka akan buruk pula penilaian yang diberikan kepadanya dan akan membawa dampak negatif bukan hanya bagi dirinya, tetapi juga bagi orang lain, terutama bagi orang yang ada disekitar kehidupannya.
Pendidikan Islam merupakan pendidikan yang bertujuan untuk mengasuh dan membimbing anak didik agar dapat memahami, menghayati ajaran-ajaran Islam, sehingga nampaklah perilakunya dan tujuan hidup yang terarah pastinya.[1]Islam Mengutamakan kemuliaan akhlak, sebagaimana Nabi Muhammad saw pernah bersabda yang artinya : “Sesungguhnya aku diutus hanyalah untuk menyempurnakan akhlak manusia”. Pernyataan Rasulullah ini dapat dipahami bahwa menyempurnakan akhlak atau memperbaiki tingkah laku manusia menjadi akhlak yang baik dan mulia, merupakan misi utama kerasulannya, yang mana kita tidak tahu kemungkinan manusia biasa berakhlak ataupun bertingkah laku tidak baik. Karena pada dasarnya manusia itu memiliki potensi untuk berakhlak dan bertingkah laku baik dan juga bertingkah laku tidak baik.
Pendidikan bertujuan untuk membina anak kearah kedewasaan supaya anak didik dapat memperoleh keseimbangan antara perasaan dan akal budinya serta dapat mewujudkan dalam kehidupannya sehari-hari. Yang lebih khusus lagi pendidikan agama Islam mempunyai tujuan yang hampirsama dengan tujuan pendidikan nasional di samping kecerdasan rasionalnya juga dengan kecerdasan relegiusnya.
Konsep ilmu pengetahuan dan pendidikan anak dikenal tiga komponen yang terlibat dalam upaya pembentukan kepribadian anak didik, yaitu : Keluarga, sekolah dan masyarakat.[2]Para ahli telah sepakat bahwa pendidikan agama Islam pada anak dalam keluarga merupakan dasar dalam pembentukan moral, karena keluarga merupakan pendidik utama.Disamping untuk mengefektifkan pekerjaan seorang guru untuk mengajarkan pendidikan agama Islam anak, maka terlebih dahulu memahami latar belakang pendidikan agama keluarganya. Anak didik yang orang tuanya kurang pendidikan keagamaannya maka akan mempengaruhi pula pemahaman agama anak. Sehingga sangatlah diperlukan kerjasama orang tua dan guru pendidikan agama agar anak lebih tertanam nilai-nilai pendidikan agama Islam sehingga dalam kepribadian dapat terpantau pada kehidupan sehari-sehari. Dalam UU No. 20 Tahun 2003 menyatakan bahwa pendidikan adalah tanggung jawab bersama antara keluarga, masyarakat dan pemerintah, sekolah hanya membantu kelangsungan pendidikan anak, karena pendidikan yang pertama dan utama diperoleh anak adalah pendidikan dari orang tuanya. Peralihan bentuk pendidikan jalur luar sekolah ke jalur pendidikan formal memerlukan kerjasama antara orang tua dan guru di sekolah.
Membina tingkah laku dan etika anak juga merupakan suatu kewajiban agama yang  wajib bagi setiap pendidik berdasarkan dalil al-Qur’an dan Allah memerintahkan baik berbentuk pengajaran, perlindungan dan peribadahan.[3] Dengan demikian, pendidikan dan pembinaan akhlak merupakan perkara yang memiliki kedudukan yang penting dalam  pendidikan dan pembinaan Islam. Sebagaimana yang ditegaskan bahwasannya guru dan pendidik adalah manusia yang mulia., Muhammad saw diutus sebagai rasul dengan tujuan mendidik dan membina akhlak manusia. Rasulullah saw bersabda “sesungguhnya aku tidak diutus melainkan untuk menyempurnakan akhlak yang mulia” (HR Bukhari).
Membentuk anak atau siswa agar memiliki tingkah laku yang baik sesuai dengan ajaran agama kita yaitu agama Islam atau berakhlak mulia, bukanlah perkara yang yang bisa dibilang mudah. Sebelum terbentuknya tingkah laku yang baik atau akhlak mulia itu, terlebih dahulu harus ada nilai-nilai akhlaqul karimah dalam diri mereka melalui proses pembelajaran, latihan dan pembiasaan dan sosialisasi dalam waktu yang cukup lama bahkan bisa juga sepanjang hidupnya secara bertahap. Apalagi menanamkan nilai-nilai akhlak kepada siswa yang tingkah lakunya terlanjur keliru karena faktor kurangnya perhatian serta bimbingandari orangtua di rumah, ditambah pula dengan teman sepergaulan, suasana lingkungan masyarakat yang kurang mendukung dan juga teknologi informasi yang ada kalanya memberikan efek positif, tetapi juga membawa dampak negatif terhadap perkembangan tingkah laku mereka.
Pendidikan sebagai suatu sistem yaitu terdiri atas beberapa komponen yang masing-masing saling berkaitan dan berhubungan untuk mencapai keberhasilan pendidikan sesuai dengan apa yang telah diprogramkan. Keselarasan antar komponen ini akan menopang keberhasilan pencapaian tujuan Pendidikan. Menurut Jalaluddin alat pendidikan adalah segala sesuatu yang bisa menunjang kelancaran pendidikan dan salah satu dari alat pendidikan tersebut adalah pendidik.[4]
Pada dasarnya pendidikan yang pertama dan paling utama adalah orangtua. Orang tua merupakan penanggung jawab pertama dan yang utama terhadap pembinaan akhlak dan kepribadian seorang anak.Orangtua dapat membina dan membentuk akhlak dan kepribadian anak melalui sikap dan cara hidup yang diberikan orangtua yang secara tidak langsung merupakan pendidikan bagi sang anak. Selain orangtua,guru juga memiliki tugas sebagai penanggungjawab terhadap pembentukan sikap dan pembinaan akhlak siswa.[5] Tujuan utama dari pendidikan Islam adalah untuk membentuk sikap dan tingkah laku siswa serta membina akhlak siswa agar menjadi penuntun untuk menjalani kehidupan sesuai dengan ajaran Islam. Pentingnya akhlak tidak saja dirasakan oleh manusia dalam kehidupan perseorangan, tetapi juga dalam kehidupan dalam keluarga dan masyarakat, bahkan juga dirasakan dalam kehidupan beerbangsa atau bernegara kelak ketika siswa tersebut telah dewasa. Sebagaimana yang dikemukakan oleh Nasrudin Razak dalam buku yang berjudul “Dienul Islam” bahwasannya “Pendidikan Aklaqul Karimah (akhlak mulia) adalah faktor yang penting dalam membina suatu umat untuk membangun suatu bangsa.[6]
Keluarga memegang peranan yang penting sekali dalam pendidikan akhlak karena keluarga berperan sebagai lembaga atau institusi yang pertama kali secara langsung berinteraksi dengan siswa di rumah.[7] Oleh Karena itu mereka mendapat pengaruh dari segala tingkah lakunya. Maka dari itu, diharuskan pada keluarga untukmengambil posisi tentang pendidikan ini, mengajari mereka dengan akhlak yang terpuji yang diajarkan oleh syari’at Islam seperti kebenaran, kejujuran, pemurah, cinta kebaikan, penyayang, tanggung jawab dan lain sebagainya.
Namun terkadang karena keterbatasan yang dimiliki oleh para orangtua, menjadikan mereka harus melakukan kerjasama dengan pihak-pihak yang dapat membantu mereka dalam hal pendidikan anak. Khususnya, dengan lembaga-lembaga pendidikan (sekolah, bimbel, dll) dan masyarakat agar dapat mendidik anak-anak mereka dengan sebaik mungkin. Sekolah adalah lingkungan yang sangat berbeda dengan lingkungan yang ada dirumah. Sekolah tempat bertemunya berbagai macam anak dengan bermacam-macam latar belakang yang berbeda sehingga terkadang terjadi  perbedaan pemikiran, kepribadian, atau bahkan kebiasaan. Pergaulan juga biasanya memberikan dampak yang sangat penting terhadap anak.Di sekolah, guru atau pengajar adalah seorang figur yang akan menjadi contoh bagi siswa-siswanya. Siswa akan melihat perilaku sang guru sehingga mereka akan menerapkan di kehidupan sehari-hari. Guru memiliki pengaruh yang sangat berperan penting dalam pembentukan dan pembinaan kepribadian siswa. Pada umumnya pendidikan guru yang paling berpengaruh pada siswa, sedangkan siswa pada umumnya memperhatikan dan menirukan perilaku guru di sekolahnya.[8]
Akhlak merupakan hal yang sangat penting dalam kehidupan manusia, karena dengan akhlak itu pulalah salah satu ciri yang membedakan antara manusia dan makhluk lainnya. Akhlak merupakan yang telah tertanam dalam diri seseorang, sehingga menjadi suatu kepribadian yang kuat pada dirinya.Karena sifat yang telah mendarah daging pada seorang siswa, maka semua perbuatannya dilakukan dengan mudah dan tanpa pemikiran.[9] Maka dari itu, di zaman yang modern seperti saat ini tiap sekolah-sekolahnya, para guru-gurunya telah dihadapkan pada masalah moral dan akhlak yang cukup serius.
Dunia pendidikan sangat besar sekali pengaruhnya terhadap pembentukan akhlak seorang siswa, berbagai ilmu diperkenalkan agar para siswa memahaminya dan dapat melakukan suatu perubahan pada dirinya. Pada awalnya seorang siswa tidak memiliki wawasan atau pengetahuan tentang sesuatu, tapi setelah ia memasuki dunia pendidikan ia mempunyai wawasan yang luas yang akan diterapkan ke dalam tingkah laku dalam kesehariannya. Begitu pula jika seorang siswa mempelajari akhlak yang akan memberi tahu bagaimana seharusnya manusia itu bertingkah laku, bersikap terhadap sesama dan lingkungannya.[10]
Dalam pembinaan akhlak siswa sangat diperlukan kerja sama antara orangtua dan guru dalam upaya pembentukan dan pembinaan akhlak siswa. Di sekolah siswa mendapatkan pengajaran akhlak dari guru, sedangkan di rumah orangtualah yang menanamkan akhlak kepada anak-anakya. Sehingga akan terjalin hubungan yang baik antara orangtua dengan guru.
Dengan adanya beberapa uraian di atas, maka dapat kita ketahui bahwa keluarga dan sekolah merupakan pihak yang sangat memiliki pengaruh besar terhadap pendidikan dan pendidikan akhlak anak sehingga perlu adanya kerjasama yang baik diantara keduanya.
Yayasan Wathoniyah adalah lembaga pendidikan yang menerima para siswanya tanpa membedakan latarbelakang sosial, ekonomi, jabatan orangtua ataupun faktor lainnya, Sehingga siapapun dapat mendaftar di sekolah tersebut.Yang paling terpenting adalah niat dari orangtua masing-masing tiap siswa yang menginginkan dan mengharapkan anaknya agar memiliki perilaku yang baik dan berhasil juga dalam akademiknya di sekolah tersebut.
Dengan latarbelakang yang telah digambarkan di atas, maka peneliti tertarik untuk mengadakan penelitian yang berjudul “Kerjasama Orangtua Dengan Guru Dalam Upaya Pembentukan Akhlak Siswa pada Tingkat MI diYayasan Wathoniyah 5UluLaut Palembang

B.     Pembatasan Masalah
Mengingat perlunya pembatasan masalah, agar pembahasan tidak terlalu meluas dan terarah maka pembatasan masalah dalam penelitian ini adalah Siswa dan siswi kelas 3 sampai kelas 5 di MI Wathoniyah 5 ulu Palembang.Tentang apa saja kerjasama yang dilakukan Orangtua dan guru dalam hal upaya pembentukan dan pembinaanakhlak siswa pada Tingkat MI di Yayasan Wathoniyah 5 ulu Palembang.
C.    Rumusan Masalah
Berdasarkan Latar belakang masalah dan batasan masalah di atas, maka dapat disimpulkan beberapa rumusan masalah sebagai berikut :
1.      Bagaimana bentuk kerjasama atau usaha – usaha apa saja yang dilakukan orangtua dan guru dalam upaya pembentukan akhlak siswa pada Tingkat MI di Yayasan Wathoniyah 5 ulu Laut Palembang.
2.      Bagaimana tugas dan tanggung jawab guru dan orangtua terhadap pembentukan akhlak siswa ?
3.      Bagaimana hasil kerjasama orangtua dan guru di Yayasan Wathoniyah 5 ulu Laut Palembangterhadap pembentukan akhlak siswa ?
D.    Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka dapat diketahui tujuan dari penelitian ini, yaitu :
1.   Untuk mengetahui bentuk kerjasama orangtua dengan guru dalam pembentukan akhlak siswa.
2. Untuk menganalisis bagaimana tugas dan kerjasama orangtua dengan guru terhadap pembentukan akhlak siswa.
3. Untuk mengetahui bagaimana hasil kerjasama orangtua dengan guru terhadap pembentukan akhlak siswa.
E.       Kegunaan Penelitian
Dalam proses penelitian ini terdapat beberapa kegunaan, yaitu :
1.    Manfaat Teoritis
Manfaat secara teoritis dari penelitian ini adalah supaya dapat memberikan bahan masukan dan membantu dalam hal meningkatkan kualitas pada kegiatan kerjasama antara orangtua dengan guru dalam upaya pembentukan akhlak siswa pada TingkatMI di Yayasan Wathoniyah 5 ulu Laut Palembangserta agar tercapai kualitas pembentukan dan pembinaan akhlak pada siswa sesuai dengan apa yang diharapkan.
2.    Manfaat Praktis
Dengan penelitian yang dilakukan ini diharapkan dapat menambah/memperkaya wawasan dan pengalaman yang berarti tentang kerjasama orangtua dengan guru dalam upaya pembentukan akhlak siswa pada TingkatMI di Yayasan Wathoniyah 5 ulu Palembangsehingga dapat dijadikan sebagai pengalaman, latihan, pengembangan pelaksanaan belajar mengajar.




F.     Tinjauan Pustaka
Berikut ini merupakan beberapa penelusuran terhadap beberapa hasil penelitian terkait dengan pembinaan akhlak siswa (Perilaku atau karakter) yang telah dilakukakan oleh beberapa peneliti sebelumnya :

Mislinar (2011), dalam tesisnya yang berjudul “Upaya Guru Pendidikan Agama Islam Dalam Peningkatan Akhlak Peserta Didik (Studi kasus di SekolahMenengah Pertama Islam Terpadu (SMP IT) Izzudin Palembang”.[11]Pascasarjana UIN Raden Fatah Palembang. Dalam tesisnya menyimpulkan bahwa upaya guru dalam meningkatkan akhlak peserta didik SMP Islam terpadu Izzudin telah berjalan dengan baik, meliputi peningkatan proses belajar mengajar, membaca dan menghafal al-Qur’an serta berzikir dan berdo’a setiap hari, meningkatkan keidisplinan baik terhadap guru maupun terhadap peserta didik, menerapkan metode mengajar yang bervariasi menuju kunjungan edukatif (karyawisata), serta mendatangkan narasumber baik orang tua peserta didik maupun peserta didik itu sendirimaupun masyarakat lainnya yang disesuaikan dengan tema kebutuhan peningkatan akhlak dan sains. Kepada peserta didik yang sudah hafal juz 30 dan 29 diberikan sertifikat khusus.
Khoirul Anwar (2015), dalam tesisnya yang berjudul“Pembinaan akhlak siswa di MA Muhammadiyah 1 Palembang (pada kegiatan keagamaan)”.[12]Pascasarjana UIN Raden Fatah Palembang. Dalam tesisnya menjelaskan bahwa pembinaan akhlak terhadap siswa harus diberikan secara tepat dengan cara mulai dari pendekatan terhadap siswa itu sendiri bisa juga dilihat dari perkembangan psikologi siswa tersebut. Pendidikan yang berlandaskan Ajaran agama Islam yang diberikan dan disampaikan secara bertahap pada anak tersebut akan menjadi unsur yang penting dalam proses pembinaan akhlak siswa.
Faisal (2005), dalam tesisnya yang berjudul“Upaya Guru dalam menciptakan suasana keagamaan di Sekolah Menengah Atas Negeri (SMA) N 6 Palembang”.[13]Pascasarjana UIN Raden Fatah Palembang. Dalam tesisnya ia menjelaskan bahwasannya guru-guru memiliki program dan juga mereka dapat mengintegrasi nilai-nilai keagamaan antar bidang studi yang diajarkan di sekolah tersebut. Pemanfaatan sarana dan prasarana tempat ibadah dengan semaksimal mungkin. Akan tetapi di sini baru sebatas praktek ibadah saja. Shalat dhuha, shalat hajat, shalat dzuhur, membaca Al-Qur’an dan lain sebagainya. inilah upaya guru dalam menciptakan suasana keagamaan di sekolahnya.
Hermi (2015),“Akhlak siswa SMA (Studi kasus terhadap akhlak pelajaran SMA Negeri 2 Muara Pinang Kab. 4 Lawang) dan faktor-faktoryang mempengaruhinya”.[14]Pascasarjana UIN Raden Fatah Palembang. Dalam tesisnya dijelaskan bahwasannya akhlak siswa pada sekolah ini sangatlah kurang baik. Kurangnya sikap hormat siswa kepada gurunya mulai dari ketika di dalam kelas ataupun di luar sekolah. Akan tetapi ada juga yang memiliki perilaku dan akhlak yang baik terhadap guru dan temannya tapi hanya sebagian kecil saja. Dan faktor-faktor yang mempengaruhinya diantaranya yaitu kurangnya perhatian orang tua di rumah karena kesibukan masing-masing.
Fitriatus Sofiah (2014), dalam tesisnya yang berjudul “Kisah Yusuf A.S dalam al-Qur’an sebagai metode Pendidikan akhlak Islam”,[15] Pascasarjana UIN Raden Fatah Palembang. Dalam tesisnya disimpulkan bahwasannya melalui kisah Yusuf A.S dalam al-Qur’an manusia hendaklah menyadari sejauh mana perlunya belajar tentang akhlak. Bahwa akhlak bukan hanya sekedar pelajaran akademis yang terpisah dari kehidupan masyarakat, tetapi pada surat ini juga terdapat pelajaran yang berkaitan erat dengan kehidupan masyarakat. Manusia tak cukup hanya dengan makan dan minumsaja, tetapi juga memerlukan nila-nilai yang dapat mengarahkan hidup berupa akhlak yang mengatur segala tindakannya.
Peran guru di Sekolah itu sebagai pengganti orangtua siswa di rumah karena kesibukan atau keterbatasan pendidikan yang dimiliki orang tua, maka seorang guru itu mempunyai peranan yang sangat penting terhadap proses pembinaan akhlak siswa di sekolahnya masing-masing. Antara guru dan orangtua memiliki hubungan yang sangat terkait antara satu sama lain. Guru membina dan mendidik siswa di sekolah sedangkan orangtua membina dan mendidik siswa di rumah.
Sehubungan dengan penjelasan di atas, walaupun sudah banyak para peneliti yang meneliti tentang akhlak, namun kajiannya berbeda dengan peneliti yang fokus pada Kerjasama Orangtua dengan guru dalam upaya pembentukan akhlak siswa pada Tingkat MIdi Yayasan Wathoniyah 5 ulu laut Palembang.

G.    Kerangka Teori
Pendidikan berusaha mengubah keadaan seseorang dan tidak tahu menjadi tahu, dari dapat berbuat, dan tidak bersikap seperti yang diharapkan menjadi bersikap seperti yang diharapkan. Kegiatan pendidikan adalah usaha membentuk manusia secara keseluruhan aspek kemanusiannya secara utuh, lengkap dan terpadu. Tugas pendidikan, termasuk pendidikan di sekolah, yang paling utama selain memberikan dan mengajarkan materi yaitu menanamkan nilai-nilai pendidikan agama islam pada diri siswa.[16] Maka hendaklah masing-masing guru melaksanakan tugas pendidikannya itu sebaik-baiknya.
1.    Kerjasama
Dalam kamus besar bahasa Indonesia, kata kerja yang memiliki arti kegiatan yang dilakukan oleh beberapa lembaga atau orang untuk mencapai tujuan yang telah direncanakan.[17]Kerja sama antara guru dengan orangtua dalam hal pembinaan akhlak memiliki makna. Maknanya yaitu, usaha-usaha yang dilakukan oleh dua komponen dan saling membantu satu sama lain. Pendidik siswa di sekolah adalah guru sedangkan pendidik siswa di rumah adalah orangtua. Keduanya memiliki peran yang penting dan sangat berpengaruh besar terhadap perkembangan anak.
2.   Orangtua
            Pengertian orang tua dalam kamus besar bahasa Indonesia disebutkan “Orang tua artinya ayah dan ibu.“pengertian orangtua lainnya adalah orang yang bertanggung jawab terhadap pendidikan anak-anaknya dan merekalah yang mempunyai kewajiban mendidik anak-anaknya.[18]Seorang bapak atau ayah dan ibu dari anak-anak mereka tentunya memiliki kewajiban yang penuh terhadap keberlangsungan hidup bagi anak-anaknya, karena anak memiliki hak untuk diurus danan dibina  oleh orang tuanya hingga beranjak dewasa.Sedangkan dalam penggunaan bahasa Arab istilah orang tua dikenal dengan sebutan Al-walid pengertian tersebut dapat dilihat dalam Alquran surat Lukman ayat 14 yang berbunyi :
Artinya: “Dan kami perintahkan kepada manusia (Berbuat baik) kepada dua orang ibu bapaknya ibunya telah mengandungnya dalam keadaan lemah yang bertambah-tambahdan menyapihnya dalam dua tahun, bersyukurlah kepada-Ku dan kepada dua orang ibu bapakmu, hanya kepada-Kulah kembalimu.” (Q.S. Lukman ayat 14).
3.   Guru         
Secara etimologi, guru merupakan gabungan dua kata dalam bahasa jawa, yaitu “digugu” dan ditiru”.Digugu berarti dipercaya dan ditiru berarti diikuti. Artinya bahwasannya seorang guru itu harus bias dipercaya setiap kata-kata, ucapan dan perilakunya agar menjadi panutan dan teladan mulia untuk diikuti.[19]
Guru merupakan profesi yang meemrlukan keahlian khusus sebagai guru. Pekerjaan ini tidak bisa dilakukan oleh orang sembarang orang di luar bidang kependidikan walaupun kenyataannya masih dilakukan oleh orang di luar kependidikan. Tugas guru diantaranya mendidik, mengajar, dan melatih. Mendidik berarti berarti meneruskan dan mengembangkan nilai-nilai hidup.Mengajar berarti meneruskan dan mengembangkan ilmu pengetahuan dan teknologi.Sedangkan melatih berarti mengembangkan keterampilan –keterampilan siswa.
4.     Pembentukan Akhlak 
Menurut bahasa akhlak berasal dari bahasa Arab yaitu dari kata khuluq (khuluqun), yang berarti budi pekerti, perangai, tingkah laku atau tabi’at. Sedangkan secara istilah akhlak berarti ilmu yang menentukan batas antara yang baik dan buruk, antara yang terbaik dengan yang tercela, tentang perbuatan manusia, lahir dan batin. Menurut Ibrahim Karim Zainuddin, akhlak adalah nilai-nilai dan sifat-sifat yang tertanam dalam jiwa yang dengan sorotan dan pertimbangan, seseorang dapat menilai padanya baik atau buruk, kemudian memilih melakukan atau meninggalkannya.[20]
Jadi akhlak adalah usaha untuk  menjadikan perangai dan sikap yang baik sebagai watak seseorang anak, dengan adanya pembinaan akhlak ini diharapkan agar anak didik menjadi lebih terarah dalam bertindak dan berprilaku. Pembinaan serta pembentukan akhlak juga merupakan tujuan utama dalam pendidikan Islam.[21]. Pendidikan akhlak adalah jiwa pendidikan Islam dan bahwa mencapai akhlak yang sempurna adalah tujuan pendidikan yang sebenarnya. Dari pendapat tersebut dapat saya ambil kesimpulan bahwa pendidikan akhlak merupakan tujuan pendidikan yang harus dicapai sebagai awal pembentukan diri pribadi muslim agar tercapai tujuan pendidikan  yang sebenarnya.
Secara garis besar akhlak digolongkan menjadi dua yaitu akhlak mahmudah dan akhlak mazmumah. Akhlak mahmudah adalah segala macam sikap dan tingkah laku yang baik. Sedang akhlak mazmumah adalah segala macam sikap dan tingkah laku yang tercela.Sikap seperti ini adalah perbuatan yang sering timbul dikalangan manusia seperti egois, dusta, khianat, pemarah, sombong dan lain sebagainya.[22]
H.    Metode Penelitian
Teknik Pengumpulan data
Untuk membantu berjalannya proses penelitian ini. Peneliti menggunakan metode sebagai berikut :
1.      Observasi
Metode Observasi merupakan suatu teknik pengumpulan data yang tidak hanya mengukur sikap dari responden namun juga dapat dilihat dari berbagai fenomena, baik dalam situasi yang sebenarnya maupun dlaam situasi buatan untuk mencapai suatu tujuan. Observasi tidak hanya digunakan dalam kegiatan evaluasi saja tetapi juga dala bidang penelitian. Tujuan utama observasi adalah untuk mengumpulkan data dan informasi baik yang berupa peristiwa atau tindakan , baik dalam situasi yang sesungguhnya maupun dalam situasi buatan.[23]
Adapun observasi yang dilakukan untuk mengetahui apa saja kerjasama orangtua dengan guru dalam upaya pembinaan akhlak siswa pada tingkat MI di Yayasan Wathoniyah 5 ulu laut Palembang, untuk mengetahui bagaimana hasil kerjasama orangtua dengan guru dalam hal upaya pembentukan akhlak siswa, mengamati dan mencatat beberapa hal yang berhubungan dengan kegiatan guru, kegiatan siswa dalam proses pembentukan akhlak siswa.
2.   Wawancara
Wawancaramerupakanteknikpengumpulan data yang dilakukanmelaluitatapmukadan Tanya jawab baik secara langsung maupun tidak langsung antarapengumpul data maupunpenelititerhadapnarasumberatausumber data. Beberapa hal yang perlu disiapkan ketika akan wawancara yaitu : tujuan wawancara, membuat kisi-kisi dan pedoman wawancara, menyusun pertanyaan sesui data yang diperlukan dan bentuk pertanyaan yang diinginkan.[24]
Wawancara pada penelitian kualitatif memiliki sedikit perbedaan dibandingkan dengan wawancara lainnya, seperti wawancara penerimaan pegawai baru dan penerimaan mahasiswa baru.Wawancara pada penelitian kualitatif merupakan pembicaraan yang mempunyai tujuan dan didahului beberapa pertanyaan informal, terkadang teknik wawancara  ini lebih dari sekedar percakapan dan berkisar dari informal ke formal.[25] Tidak seperti pada percakapan biasa, wawancara penelitian ditujukan untuk mendapatkan informasi dari satu sisi saja.Peneliti cenderung mengarahkan wawancara pada penemuan perasaan, persepsi, dan pemikiran sang informan.
Teknik ini digunakan agar dapat mengetahui secara langsung dari sumber data itu sendiri mengenai apa saja kerjasama yang dilakukan orangtua dan guru dalam pembentukan akhlak siswa, faktor penghambat dan pendukung dalam pembentukan akhlak siswa pada kelas 3 - 5 MI di Yayasan Wathoniyah 5 ulu Palembang. Dan bagaimana hasil kerjasama orangtua dengan guru dalam hal upaya pembentukan akhlak siswa pada lembaga tersebut.
3.      Dokumentasi                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                            
Dokumentasi merupakan teknik pengumpulan sumber data yang digunakan untuk melengkapi penelitian, baik berupa sumber tertulis, film, gambar (foto), dan lain sebagainya, yang semuanya itu memberikan informasi bagi proses penelitian.[26] Dalam penelitian ini dokumentasi ini digunakan untuk mendapatkan data mengenai kerjasama orangtua dengan guru dalam upaya guru dalam pembinaan akhlak siswa, gambaran keadaan,situasi dan kondisi sekolah tersebut. Contoh dokumen yang diperlukan: profil sekolah,guru, siswa, tata tertib sekolah,prestasi siswa dan sekolah, sarana prasarana sekolah, beasiswa dan lain sebagainya.
Teknik dokumentasi bukan hanya sekedar mengumpulkan dan mengumpulkan dan menuliskan atau melaporkan dalam bentuk kutipan-kutipan tentang sejumlah dokumen yang dilaporkan dalam penelitian, melainkan hasil analisis terhadap dokumen-dokumen tersebut. Akan tetapi, ada yang harus diperhatikan secara sungguh-sungguh dalam teknik dokumentasi ini, yaitu penguasaan dan pemahaman mengenai teknik pengkajian isi dari dokumen yang akan dijadikan sumber data.[27] Meskipun dokumentasi hanya menjadi pelengkap dalam penelitian kualitatif, tetapi kesalahan atau ketidakakuratan dalam kajian isi dokumen itu sendiri, yang menyebabkan tingkat hasil penelitian dipertanyakan.
Teknik Analisis Data
Analisis data adalah kegiatan analisis mengkategorikan data untuk mendaparkan pola hubungan, tema, menafsirkan apa yang bermakna, serta menyampaikan atau melaporkannya kepada orang lain yang berminat.
Menurut Bogdan dan Taylor, analisis data adalah upaya atau cara untuk mengolah data menjadi informasi sehingga karakteristik data tersebut bisa dipahami dan bermanfaat untuk solusi permasalahan, tertutama masalah yang berkaitan dengan penelitian.[28] Jadi definisi dari analisis data yaitu kegiatan yang dilakukan untuk mengubah data hasil dari penelitian menjadi informasi yang nantinya bisa dipergunakan dalam mengambil suatu kesimpulan.
Untuk menganalisis data yang diperoleh melalui observasi, wawancara dan dokumentasi, maka peneliti menggunakan teknik analisis deskriftif kualitatif. Mendeskripsikan data kualitatif adalah dengan cara menyusun dan mengelompokkandata yang ada, sehingga memberikan gambaran yang nyata pada responden. Langkah – langkahnya diantaranya : reduksi data (merangkum), display (penyajian data), verifikasi (menarik kesimpulan).
Tujuan Analisis Data yaitu untuk mengungkapkan data apa yang masih perlu dicari, hipotesis apa yang perlu diuji, pertanyaan apa yang perlu dijawab,metode apa yang harus digunakan untuk mendapatkan informasi baru dan kesalahan apa yang harus segera diperbaiki.[29]














I.       Sistematika Pembahasan
Agar dapat memudahkan dalam pembahasan yang telah ditentukan, peneliti membuat sistematika Pembahasan sebagai berikut :
Bab I yaitu menjelaskan tentang latar belakang masalah, identifikasi masalah, rumusan masalah, tujuan dan kegunaan penelitian, tinjauan pustaka, kerangka teori, definisi operasional, metodologi penelitian, sistematika pembahasan.
Bab II yaitu menguraikan pembahasan tentang orangtua dan guru, pembahasan tentang akhlak, pembahasan tentang hasil dari kerjasama orangtua dan guru dalam upaya pembentukan akhlak siswa.
 Bab III yaitu membicarakan tentang sejarah berdiri dan berkembangnya Yayasan Ma’had Islamy, visi, misi dan tujuan, sarana prasarana, sarana sekolah, keadaan siswa, guru dan kegiatan-kegiatan apa saja yang ada di sekolah ini.
Bab IV yaitu membahas hasil analisis tentang Kerjasama Orangtua Dengan Guru Dalam Upaya Pembentukan Akhlak pada Siswa tingkatMI di Yayasan Wathoniyah 5 ulu laut Palembang.
Bab V  yaitu menguraikan kesimpulan dari hasil penelitian




DAFTAR PUSTAKA

Anwar, Rosihon,“Akhlak Tasawwuf”, Bandung : Pustaka Setia, 2010.
Arifin, Zainal, “Evaluasi Pendidikan”, Bandung : PT. Remaja Rosdakarya, 2011.
--------------------, “Evaluasi Pembelajaran”, Bandung : PT. Remaja Rosdakarya, 2011.
Basri, Hasan, “Filsafat Pendidikan Islam”, Bandung : Pustaka Setia, 2014
Daulay, Putra, Haidar, “Pendidikan Islam dalam Sitem Pendidikan Nasional di Indonesia, Jakarta : Kencana Prenada Media Group, 2014.
-----------------------------, “Pendidikan Islam dalam Perspektif Filsafat”, Jakarta : Kencana Prenada Media Group, 2014.
Djamarah, Bahri, Syaiful, “Psikologi Belajar”, Jakarta : PT. Rineka Cipta, 2011.
Hasanah, Aan, “Pendidikan Karakter Berperspektif Islam”, Bandung : Insan Komunika, 2013.
Hasbullah, “Dasar-dasar Ilmu Pendidikan (Umum dan Agama Islam)”,Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada, 2013.
Jamil, “Akhlak Tasawuf””Ciputat : Referensi, 2013.
Mardalis, “Metode Penelitian Suatu Pendekatan Proposal”, Jakarta: PT. Bumi Aksara, 2014.
Muliawan, Ungguh, Jasa, “Ilmu Pendidikan Islam”, Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada, 2015.
Musfiqon, “Metodologi Penelitian Pendidikan”,Jakarta : PT. Prestasi Pustakarya, 2012.
Nasution, “Didaktik Asas-asas Mengajar”, Jakarta : PT. Bumi Aksara, 2012.
Nata, Abuddin, ”Kapita Selekta Pendidikan Islam”, Bandung : Angkasa Bandung, 2003.
--------------------, “Akhlak Tasawuf”,Jakarta : Rajawali Pers, 2011.
Sa’adudin, Mukmin, Abdul, Imam, “Meneladani Akhlak Nabi Membangun Kepribadian Muslim”, Bandung : PT. Remaja Rosdakarya, 2006.
Said, Muhammad, As, “Filsafat Pendidikan Islam”, Yogyakarta : Mitra Pustaka, 2011.
Selamat, Kasmuri, dkk, “Akhlak Tasawuf”, Jakarta : Kalam Mulia 2012
Rusmaini, “Ilmu Pendidikan”, Yogyakarta : Pustaka Felicha, 2013.
Sardiman, “Interaksi & Motivasi Belajar Mengajar”, Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada, 2011.
Slameto, “Belajar dan Faktor-faktor yang Mempengaruhinya”, Jakarta : PT. Rineka Cipta, 2010.
Sunarto, dkk, “Perkembangan Peserta Didik”, Jakarta : PT. Rineka Cipta, 2013.
Usman, Uzer, “Menjadi Guru Profesional”, Bandung : PT. Remaja Rosdakarya, 2011.
Zainuddin, Masyhuri, Metodologi Penelitian Pendektan Praktis dan Aplikatif”, Bandung : PT. Reflika Aditama, 2011.


[1] A.D Ahmad Marimba, “Pengantar Filsafat Pendidikan Islam,(Bandung : Al-Maarif, 2009), Hal 5.
[2] Haidar Putra Daulay, “Pendidikan Islam dalam Sistem Pendidikan Nasional di Indonesia”, (Jakarta : Kencana, 2014), Hal 18.
[3]Abuddin Nata, “Kapita Selekta Pendidikan Islam”,(Bandung : Angkasa, 2003), Hal 210.
[4] Jalaludin, “Teologi Pendidikan”, (Jakarta : PT. Raja GrafindoPersada,  2010), Hal 110.
[5] Sardiman, “Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar”,(Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada, 2011), Hal 143.
[6] “Nasruddin Razak”, “Dienul Islam”,(Bandung: PT. Al-Ma’arif, 2008), Hal 47.
[7]“Kapita Selekta Pendidikan Islam”, Hal 220.
[8] Sardiman, “Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar”,Hal 147.
[9]Abuddin Nata, “ Akhlak Tasawwuf”, (Jakarta : Raja Grafindo Persada , 2011), Hal 147.
[10]Kasmuri Selamat, dkk, “Akhlak Taswwuf”, (Jakarta : Kalam Mulia, 2012), Hal 36.
[11] Mislinar, dalam tesisnya yang berjudul  Upaya Guru Pendidikan Agama Islam Dalam Peningkatan Akhlak Peserta Didik (Studi kasus di Sekolah Menengah Pertama Islam Terpadu (SMP IT) Izzudin Palembang”,(Pascasarjana UIN Raden Fatah Palembang, 2011).
[12]Khoirul Anwar,dalam tesisnya yang berjudul“Pembinaan akhlak siswa di MA Muhammadiyah 1 Palembang (pada kegiatan keagamaan), (Pascasarjana UIN Raden Fatah Palembang, 2015).
[13]Faisal, dalam tesisnya yang berjudul “Upaya Guru dalam meningkatkan Suasana Keagamaan di Sekolah Menengah Atas Negeri (SMAN 6) Palembang”, (Pascasarjana UIN Raden Fatah Palembang, 2005).
[14]Hermi, dalam tesisnya yang berjudul “Akhlak Siswa SMA (Studi kasus terhadap akhlak pelajaran SMA Negeri 2 Muara Pinang Kab.4 Lawang”) dan faktor-faktor yang mempengaruhinya”, (Pascasarjana UIN Raden Fatah Palembang, 2015).
[15]Fitriatus Sofiah, dalam tesisnya yang berjudul “Kisah Yusuf A.S dalam Al-Qur’an sebagai metode Pendidikan akhlak Islam”, (Pascasarjana UIN Raden Fatah Palembang, 2014).

[16]Sardiman, “Interaksi & Motivasi Belajar Mengajar”, (Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada, 2011), Hal 89.
[17]Tanti Yuniar, “Kamus Lengkap Bahasa Indonesia”, (Jakarta : Agung Media Mulia, 2011 ), Hal 317.
[18]Sunarto, “Perkembangan Peserta Didik”, (Jakarta : PT. Rineka Cipta, 2013), Hal 186.
[19]Muliawan, Ungguh, Jasa, “Ilmu Pendidikan Islam”, (Jakarta : PT. Raja Grafindo, 2015), Hal 173.
[20]Yunahar Ilyas,  Kuliah Akhlak, (Yogyakarta:LPPI, 1999), hal2.
[21]Al-Abrasi Athiyah, M. “Dasar-Dasar Pokok Pendidikan Pendidkan Islam”, (Jakarta : Bukan Bintang, 1993), Hal 10.

[22]Abu Ahmadi, dkk, “Dasar- Dasar Pendidikan Agama Islam”,(Jakarta : Bumi Aksara, 1994), Hal 122
[23] Zainal Arifin, “Evaluasi Pembelajaran”, (Bandung : PT. Remaja Rosdkarya, 2011), Hal 153.
[24]Zainal Arifin, “Evaluasi Pembelajaran”,Hal 158.
[25]Imam Gunawan, “Metode Penelitian Kualitatif Teori dan Praktik”,( Jakarta : PT. Bumi Aksara, 2015), Hal 160.
[26] Musfiqon, “Metodologi Penelitian Pendidikan”, (Jakarta : PT. Prestasi Pustaka, 2012), hal 131.
[27]Imam Gunawan, “Metode Penelitian Kualitatif Teori dan Praktik”, Hal 183.
[28]Iskandar, “Metodologi Penelitian Kualitatif”, (Jakarta : Gaung Persada Press, 2009), Hal 136.
[29]Mardalis, “Metode Penelitian Suatu Pendekatan Proposal”,(Jakarta: PT. Bumi Aksara, 2014), Hal 68.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

KerjaSama Orang Tua dengan Guru Dalam Pembentukan Akhlak siswa Pada Tingkat MI Di Yayasan Wathoniyah 5 ulu Laut Palembang

CONTOH PROPOSAL TESIS PENDAHULUAN A.     Latar Belakang Masalah Agama Islam sangat menjunjung tinggi tingkah laku atau akhlak ya...