Minggu, 25 Oktober 2015

BERSAHABAT DENGAN AL-QUR'AN

                   


                                          

Melihat judul di atas mungkin sebagian orang akan menyangka bukankah Al-Qur’an benda mati? untuk apa kita bersahabat dengannya? Perlu kita kembali dengar pepatah yang mengatakan seseorang dilihat dari teman (sahabatnya). Barangsiapa yang bersahabat dengan tukang minyak wangi maka akan ketularan bau wanginya, siapa yang dekat dengan pandai besi maka sangat mungkin terciprat bara apinya.
Nah sekarang yang menjadi pertanyaan Mengapa harus Al-Qur’an? Yang pertama dijawab adalah karena Al-Qur’an adalah kalam Allah, tidak ada sedikit pun perkataan manusia, bahkan ketika manusia di tantang untuk membuat satu surat pun tak akan bisa, karena Al-Qur’an dibuat dan diturunkan dengan ilmu Allah. Perhatikanlah Firman Allah berikut ini: “Dan sesungguhnya al-Qur’an ini benar-benar diturunkan oleh Tuhan semesta alam”, (QS. 26:192). “dia dibawa turun oleh Ar-Ruh Al-Amin”, (QS. 26:193). Atas kehendak Allah, Al Qur’an diturunkan dari Lauhul Mafuzh di bawa oleh Ar Ruh Al-Amin (ada yang mengartikan Jibril), ke dalam hati manusia (Muhammad), agar supaya beliau dapat memberi peringatan kepada manusia. Hati yang dimaksud di sini adalah qalbu yang ghaib, karena Al Qur’an pun ghaib pula. Tidak mungkin tulisan di atas kertas itu dapat masuk ke dalam hati seseorang. Al Qur’an tidak dapat dibuat oleh manusia maupun jin.
            kita tahu bahwa apa yang ada di dunia ini adalah milik Allah, termasuk manusia dimana layaknya seorang pemilik sesuatu berarti dia berhak dan tau apa-apa yang mesti dilakukan terhadap barang yang dimilikinya. Intinya diri kita ini adalah hanya pinjaman dari Allah yang kapan saja Dia bisa mengambilnya ketika sudah sampai waktunya, maka dari itu adalah wajib bagi kita untuk bersyukur. Lantas bentuk kesyukuran itu yang seperti apa? Tentu yang sesuai dengan keinginan Allah, karena bersyukur itu ternyata bermakna dengan mengikuti apa yang Allah mau sesuai aturan Allah.
Kembali pada persahabatan kita dengan Al Quran, bahwa ketika kita berinteraksi dengan Al-Qur’an entah itu membaca, memahami maknanya, atau menghafalnya maka kita gunakan seluruh potensi dari tubuh ini. Mata kita gunakan untuk melihat, mulut komat-kamit membaca atau mengejanya, tangan kita pakai untuk memegangnya, otak berkonsentrasi, telinga mendengar, kaki ditata untuk duduk nyaman, suara, pernafasan, semuanya kita berdayakan. Subhanallah karena apa? Karena kelak kita akan dihisab, ketika tubuh dan seluruh anggotanya kita gunakan untuk berinteraksi dengan Al Quran, maka Allah pun ikut bangga dan senang. Namun sebaliknya jika tubuh dan seluruh anggotanya lebih banyak untuk bermaksiat maka rugilahkita.
Mengapa harus menjadi sahabat Al-Qur’an? Ya karena kita adalah muslim, dan sepantasnyalah menjadikan apa-apa yang baik menjadi sahabatnya. Sahabat diartikan yang selalu menyatu, satu irama, satu tujuan. Sehingga ketika yang kita jadikan sahabat baik dalam hal ini Al-Qur’an maka pastilah kita menjadi baik. Oleh karena itu Al-Qur’an selain menjadi hukum Islam yang pertama dialah pedoman hidup juga bagi umat Islam.  Maka tak heran jika generasi sahabat yaitu salafushalih adalah generasi terbaik sepanjang masa di dunia. Mengapa demikian yak arena mereka para sahabat menjadikan Al-Qur’an sebagai sahabat. Mereka adalah generasi pertama umat ini yang telah mendapat rekomendasi dari Allah dan RasulNya, telah mendapatkan keridhaan dari Allah Azza Wajalla. Karena mereka orang-orang yang langsung menerima dan mempelajari agama dari Rasulullah SAW. Amalan dan Aqidah mereka telah disaksikan Rasulullah.
Begitu luas dan panjangnya perjalanan hidup ini menyebabkan manusia tidak menentu arah dan tujuan hidupnya. Sehingga terkadang manusia tidak menentu kemana arah dan tujuan hidupnya. Di balik Allah menurunkan Al-Qur’an kepada manusia terdapat dua tujuan: pertama, sebagai jalan menuju kepada-Nya dan kedua sebagai cahaya pelita kehidupan. Seorang Muslim apabila jauh dari nilai-nilai kitabulloh dan Al-Qur’an tidak dijadikan sahabatnya, maka hidupnya akan mudah diperdaya oleh rayuan dan bisikan setan. Karena dengan bersahabat dengan Al-Qur’an, kita pun dapat mengenali cara tipu daya setan. Maka dari itu, di bulan suci Ramadhan ini. Kita harus memperbanyak baca Al-Qur’an, berdzikir, mendekatkan diri kepada Allah serta melakukan amalan-amalan yang diridhoi oleh-Nya.






Tidak ada komentar:

Posting Komentar

KerjaSama Orang Tua dengan Guru Dalam Pembentukan Akhlak siswa Pada Tingkat MI Di Yayasan Wathoniyah 5 ulu Laut Palembang

CONTOH PROPOSAL TESIS PENDAHULUAN A.     Latar Belakang Masalah Agama Islam sangat menjunjung tinggi tingkah laku atau akhlak ya...