Selasa, 03 November 2015

TAFSIR AYAT TENTANG PEMBINAAN GENERASI MUDA

TAFSIR AYAT TENTANG PEMBINAAN GENERASI MUDA
BAB I
PENDAHULUAN

LATAR BELAKANG
Generasi muda adalah kata yang mempunyai banyak pengertian, namun dari pengertian-pengertian generasi muda mengarah pada satu maksud yaitu kumpulan orang-orang yang masih mempunyai jiwa, semanga dan ide yang masih segar dan dapat menjadikan Negara ini lebih baik, orang-orang yang mempunyai pemikiran yang visioner. Bahkan revolusi suatu bangsa itu biasanya didobrak oleh generasi mudanya, terlepas dari apakah pemuda itu perlu digolongkan berdasarkan umur atau tidak. Seperti yang pernah diungkapkan oleh Mentri Pemuda dan Olah raga Adiaksa Daud  bahwa nanti akan ada pengaturan pemuda itu berdasarkan umur atau semangt. Pelopor yang melakukan langkah-langkah konkret bagi perubahan bangsa kearah yang lebih baik dan kepekaan terhadap realita social yang ada di masyarakat, memang menjadi ciri utama yang melekat pada pemuda tetap jika kita menyaksikan mayoritas umat Islam saat ini, maka terlihat bahwa sebagian besar umat berada pada keadaan yang sangat memprihatinkan, mereka bagaikan buih terbawa banjir,  tidak memiliki bobot dan tidak memiliki nilai.
Jika dilakukan analisis secara mendalam dari sudut pandang agama maka akan ditemukan beberapa ayat yang menyangkut masalah pembinaan pemuda, makalah ini berusaha membahas beberapa ayat yang menyangkut Pembinaan Generasi Muda dengan beberapa rumusan masalah sebagai berikut:

1.       Bagaimana kaitan surah an-nisa ayat 9 dengan pembinaan generasi muda?
2.       Bagaimana kaitan surah an-nisa ayat 95 dengan pembinaan generasai muda?
3.       Bagaimana kaitan surah at-tahrim ayat 6 dengan pembinaan generasi muda?
4.       Bagaimana kaitan surah at-taghabun ayat 14-15 dengan pembinaan generasi muda?






















BAB II
PEMBAHASAN

Surat An-Nisa Ayat 9

              .سَدِيدًاقَوْلاًوَلْيَقُولُواْاللّهَفَلْيَتَّقُواعَلَيْهِمْخَافُواْضِعَافًاذُرِّيَّةًخَلْفِهِمْمِنْتَرَكُواْلَوْالَّذِينَوَلْيَخْشَ
“Dan hendaklah orang-orang yang seandainya meninggalkan di belakang mereka anak-anak yang lemah, yang mereka khawatir terhadap (kesejahteraan) mereka – (hendaklah) mereka takut. Oleh sebab itu hendaklah mereka bertakwa kepada Allah dan hendaklah mereka mengucapkan perkataan yang benar lagi tepat.”

Kosak Kata
Anak-anak yang lemah: ضِعَافًا
Perkataan yang benar: سَدِيدًاقَوْلاً

Munasabah dengan ayat sebelumnya            
Ayat tersebut masih memiliki hubungan dengan ayat-ayat sebelumnya yang berbicara dalam konteks pemeliharaan harta anak-anak yatim. Yaitu ayat yang mengharamkan memakan harta anak yatim serta perintah untuk menyerahkan harta tersebut apabila anak yatim itu telah dewasa, serta larangan memakan mas kawin kaum wanita, atau menikahinya tanpa mahar.

Asbabun nuzul
Pada suatu waktu Rasulullah SAW datang kepada Sa’ad bin Abi Waqash yang kala itu sedang sakit keras. Sa’ad berkata: “Wahai Rasulullah, kami seorang kaya raya yang tidak memiliki ahli waris kecuali seorang anak perempuan. Adakah boleh aku menyedekahkan dua pertiga dari hartaku?. “Tidak boleh”, Jawab Rasulullah. Kemudian Sa’ad berkata lagi: “Adakah separuh dari harta kekayaanku?”. Jawab Rasulullah: “Tidak!”. Kata Sa’ad: apakah sepertiga itu sangat banyak”. Kemudian Nabi SAW bersabda: “Sesungguhnya kamu meninggalkan ahli waris dalam keadaan kaya adalah lebih baik daripada meninggalkan ahli waris yang miskin meminta-minta kepada umat manusia”. Sehubungan dengan sabda Rasulullah maka turunlah ayat ini.
Kandungan Surat An-Nisa Ayat 9
Allah memperingatkan kepada orang-orang yang telah mendekati akhir hayatnya supaya mereka memikirkan, janganlah meninggalkan anak-anak atau keluarga yang lemah terutama tentang kesejahteraan hidup mereka di kemudian hari. Untuk itu selalulah bertakwa dan mendekatkan diri kepada Allah. Selalulah berkata lemah lembut terutama kepada anak yatim yang menjadi tanggungjawab mereka. Perlakukanlah mereka seperti memperlakukan anak kandung sendiri. (Dan hendaklah bersikap waspada) maksudnya terhadap nasib anak-anak yatim (orang-orang yang seandainya meninggalkan) artinya hampir meninggalkan (di belakang mereka) sepeninggal mereka (keturunan yang lemah) maksudnya anak-anak yang masih kecil-kecil (mereka khawatir terhadap nasib mereka) akan terlantar (maka hendaklah mereka bertakwa kepada Allah) mengenai urusan anak-anak yatim itu dan hendaklah mereka lakukan terhadap anak-anak yatim itu apa yang mereka ingini dilakukan orang terhadap anak-anak mereka sepeninggal mereka nanti (dan hendaklah mereka ucapkan) kepada orang yang hendak meninggal (perkataan yang benar) misalnya menyuruhnya bersedekah kurang dari sepertiga dan memberikan selebihnya untuk para ahli waris hingga tidak membiarkan mereka dalam keadaan sengsara dan menderita.
Selanjutnya ayat 9 diatas menganjurkan jangan sampai meninggalkan anak-anak yatim sebagai calon generasi muda berada dalam keadaan lemah baik fisik maupun mental. Pesan tersebut disampaikan terutama bagi mereka yang diberikan wasiat dan menjadi wali bagi anak-anak yatim yang masih kecil. Mereka harus berupaya memelihara anak yatim dengan baik juga menjaga harta anak yatim yang dititipkan kepadanya. Orang yang diberi wasiat tersebut harus pula membina akhlak anak yatim dengan memberikan keteladanan perbuatan dan perkataan yang baik serta membiasakan berakhlak mulia.


Surat An-Nisa ayat 95

         وَأَنْفُسِهِمْبِأَمْوَالِهِمْاللَّهِسَبِيلِفِيوَالْمُجَاهِدُونَالضَّرَرِأُولِيغَيْرُالْمُؤْمِنِينَمِنَالْقَاعِدُونَيَسْتَوِيلا 
الْحُسْنَىللَّهُاوَعَدَوَكُلدَرَجَةًالْقَاعِدِينَعَلَىوَأَنْفُسِهِمْبِأَمْوَالِهِمْالْمُجَاهِدِينَللَّهُافَضَّلَ
   عَظِيمًاأَجْرًاالْقَاعِدِينَعَلَىالْمُجَاهِدِينَاللَّهُوَفَضَّل         
“Tidaklah sama antara mu’min yang duduk (yang tidak ikut berperang) yang tidak mempunyai uzur dengan orang-orang yang berjihad di jalan Allah dengan harta mereka dan jiwanya. Allah melebihkan orang-orang yang berjihad dengan harta dan jiwanya atas orang-orang yang duduk satu derajat. Kepada masing-masing mereka Allah menjanjikan pahala yang baik (surga) dan Allah melebihkan orang-orang yang berjihad atas orang yang duduk dengan pahala yang besar.”

Kosak Kata
          Tanpa ada udzur:الضَّرَرِأُولِيغَيْرُ   
Bersungguh-sungguh, jihad:الْمُجَاهِدِينَ
                                                  
Munasabah
Hubungan ayat ini dengan ayat setelahnya ialah Allah mengatakan pada ayat 95 bahwa Allah akan menyukai orang-orang yang ingin berjihad di jalan Allah dan pada ayat 96 Ia kemudian menegaskan dengan firmanNya: “ Allah melebihkan orang-orang yang berjihad atas orang yang duduk dengan pahala yang besar, (yaitu) beberapa derajat daripada-Nya, serta ampunan dan rahmat. Allah Maha Pengampun, Maha Penyayang”.

Asbabun Nuzul
Pada waktu Zaid bin Tsabit diperintahkan oleh Nabi SAW agar menulis ayat yang baru diturunkan yang berbunyi: Laa yastawil-qaa’uduuna minal mukminiina datanglah Abdillah bin Ummi Maktum seraya berkata: “Wahai Rasulullah, aku sangat cinta dan berharap untuk mengikuti jihad meluhurkan agama Allah. Tetapi aku adalah seorang yang beruzur (buta)”.


Kandungan Surat An-Nisa ayat 95
Orang-orang mukmin yang berjuang untuk membela agama Allah dengan penuh keimanan dan keikhlasan tidaklah sama derajatnya dengan orang-orang yang enggan berbuat demikian. Akan  tetapi ayat ini mengemukakan hal tersebut adalah untuk menekankan bahwa perbedaan derajat antara kedua golongan itu adalah sedemikian besarnya. Sehingga orang-orang yang berjihad itu pada derajat yang amat tinggi. Apabila orang-orang yang  tidak berjihad itu menyadari kerugian mereka dalam hal ini, maka mereka akan tergugah hatinya dan berusaha untuk mencapai derajat yang tinggi itu, dengan turut serta berjihad sama-sama kaum mukminin lainnya. Untuk itulah ayat ini mengemukakan perbedaan antara kedua golongan itu. Dengan demikian maksud yang terkandung dalam ayat ini sama dengan maksud yang dikandung dalam firman Allah pada ayat lain yang menerangkan perbedaan derajat antara orang-orang mukmin yang berilmu pengetahuan dengan orang-orang yang tidak berilmu.

Ayat ini memberikan pengertian bahwa orang-orang yang berilmu pengetahuan itu jauh lebih tinggi derajatnya daripada orang-orang yang tidak berilmu. Apabila orang-orang yang tidak berilmu diberitakan tentang kekurangan derajatnya itu, semoga tergeraklah hati mereka untuk mencari ilmu pengetahuan dengan giat, sehingga dapat meningkatkan derajat mereka kepada derajat yang tinggi.
Ayat ini turun pada waktu terjadinya perang Badar. Di antara kaum muslim ini ada orang-orang tetap tinggal di rumah, dan tidak bersedia berangkat ke medan perang. Lalu turunlah ayat ini untuk mengingatkan mereka bahwa dengan sikap yang semacam itu, mereka berada pada derajat yang rendah , dibanding dengan derajat orang-orang yang berjihad dengan penuh iman dan kesadaran.

Sementara itu ada pula diantara kaum muslimin yang sangat ingin untuk ikut berjihad, akan tetapi niat dan keinginan mereka itu tidak dapat mereka laksanakan karena mereka beruzur, misalnya: karena buta, pincang, sakit dan sebagainya, dan merekapun  tidak pula mempunyai benda untuk disumbangkan. Orang-orang semacam  itu, tidak disamakan dengan orang-orang yang enggan berjihad , melainkan disamakan dengan orang-orang  yang berjihad dengan harta benda dan jiwa raga mereka. Akan tetapi ayat ini menjelaskan bahwa mereka yang bener-bener berjihad dengan harta benda  dan jiwa raganya itu memperoleh martabat yang lebih tinggi  satu derajat dari mereka yang tidak berjihad karena uzur. Namun golongan itu akan mendapat pahala dari Allah, karena iman dan niat mereka yang ikhlas.

Pada akhir ayat ini, Allah SWT menegaskan pula bahwa Dia akan memberikan pahala yang jauh lebih besar kepada mereka yang berjihad, daripada mereka yang tidak berjihad tanpa uzur. Berjuang atau berjihad “dengan harta benda” ialah: menggunakan harta benda milik sendiri untuk keperluan jihad, atau untuk keperluan orang lain yang turut berjihad, misalnya: bahan-bahan perbekalan berupa makanan, atau kendaraan., senjata dan sebagainya. Dan berjuang dengan “jiwa raga” berarti: ia rela mengorbankan miliknya yang paling berharga baginya, yaitu tenaga bahkan jiwanya, sekalipun ia menerima perbekalan dari orang lain, karena ia tidak mempunyainya.

       Surat At-Tahrim 6
   
               شِدَادٌغِلَاظٌمَلَائِكَةٌعَلَيْهَاوَالْحِجَارَةُالنَّاسُوَقُودُهَانَارًاوَأَهْلِيكُمْأَنفُسَكُمْقُواآمَنُوالَّذِينَ 
                                                              .يُؤْمَرُونَمَاوَيَفْعَلُونَأَمَرَهُمْمَااللَّهَيَعْصُونَلَا
“Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu; penjaganya malaikat-malaikat yang kasar, yang keras, yang tidak mendurhakai Allah terhadap apa yang diperintahkan-Nya kepada mereka dan selalu mengerjakan apa yang diperintahkan.”

Kosak Kata
Bahan bakar (neraka), manusia dan batu:وَالْحِجَارَةُالنَّاسُوَقُودُهَا
Keras dan kasar:شِدَادٌغِلَاظٌ

Munasabah dengan ayat sebelumnya
Hubungan antara ayat at-tahrim 6 dan 7 adalah memerintahkan supaya orang-orang, menjaga dirinya dari api neraka yang bahan bakarnya terdiri dari manusia dan batu, dengan taat dan patuh melaksanakan perintah Allah, dan mengajarkan kepada keluarganya supaya taat dan patuh kepada perintah Allah untuk menyelamatkan mereka dari api neraka dan mengeluarkan satu ketegasan yang ditujukan kepada orang-orang kafir, bahwa dihari kemudian nanti, tidak ada lagi gunanya mereka itu mengemukakan  uzur dan alasan, menginginkan satu kehendak dan harapan waktu dan kesempatan untuk mempertanggungjawabkan  dan menerima pembalasan dari apa yang telah dikerjakan di dunia.





Kandungan Surat At-Tahrim 6
Dalam ayat ini firman Allah ditunjukan kepada orang-orang yang percaya kepada Allah dan rasul-rasul-Nya, yaitu memerintahkan supaya mereka, menjaga dirinya dari api neraka yang bahan bakarnya terdiri dari manusia dan batu, dengan taat dan patuh melaksanakan perintah Allah, dan mengajarkan kepada keluarganya supaya taat dan patuh kepada perintah Allah untuk menyelamatkan mereka dari api neraka. Di antara cara menyelamatkan diri dari api neraka itu ialah mendirikan shalat dan bersabar, sebagaimana firman Allah SWT.
“Dan perintahkanlah kepada keluargamu mendirikan shalat dan bersabarlah kamu mengerjakannya”. (Q.S Taha:132).
Dan dijelaskan pula dengan firman-Nya:
“Dan berilah peringatan kepada kerabat-kerabatmu yang dekat”. (Q.S Asy Syu’ara’:214).

Diriwayatkan bahwa ketika ayat ke 6 ini turun, Umar berkata: ”Wahai Rasulullah, kami sudah menjaga diri kami, dan bagaimana menjaga keluarga kami?” Rasulullah SAW. menjawab: “Larangan mereka mengerjakan apa yang kamu dilarang mengerjakannya dan perintahkanlah mereka melakukan apa yang Allah memerintahkan kepadamu melakukannya. Begitulah caranya meluputkan mereka dari api neraka. Neraka itu dijaga oleh  malaikat yang  kasar dan  keras yang memimpinnya berjumlah sembilan belas malaikat, mereka dikuasakan mengadakan penyiksaan di dalam neraka, tidak mendurhakai Allah terhadap apa yang diperintahkan-Nya kepada mereka dan mereka selalu mengerjakan apa yang diperintahkan Allah.

    Surat At-Thagabun 14-15

وَتَغْفِرُواوَتَصْفَحُواتَعْفُواوَإِنفَاحْذَرُوهُمْلَّكُمْعَدُوًّاوَأَوْلَادِكُمْأَزْوَاجِكُمْمِنْإِنَّآمَنُواالَّذِينَأَيُّهَايَا  .عَظِيمٌأَجْرٌعِندَهُلَّهُوَافِتْنَةٌوَأَوْلَادُكُمْأَمْوَالُكُمْإِنَّمَا.رَّحِيمٌغَفُورٌاللَّهَفَإِنَّ
“Hai orang-orang yang beriman, sesungguhnya di antara isteri-isterimu dan anak-anakmu ada yang menjadi musuh bagimu, maka berhati-hatilah kamu terhadap mereka; dan jika kamu memaafkan dan tidak memarahi serta mengampuni (mereka) maka sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang (14). Sesungguhnya hartamu dan anak-anakmu hanyalah cobaan (bagimu); dan di sisi Allah-lah pahala yang besar (15).

Kosak Kata:
Maka berhati-hatilah:
Memaafkan dan menyantuni (tidak memarahi):وَتَصْفَحُواتَعْفُواوَإِن
Cobaan:فِتْنَةٌ




Munasabah dengan ayat sebelumnya
Poin penghubung yang paling penting dari kedua ayat ini adalah memerintahkan supaya manusia  yang mempunyai harta, anak dan istri itu bertakwa kepada-Nya sekuat tenaga dan kemampuannya.

Asbabun Nuzul
Dalam suatu riwayat telah ditemukan bahwa ayat ini turun berkenaan dengan suatu kaum dari ahli Mekkah yang masuk islam,  akan tetapi isteri dan anak-anaknya menolak untuk hijrah ataupun ditinggal hijrah ke Madinah. Lama kelamaan mereka pun hijrah, sesampainya di Madinah mereka melihat kawan-kawannya yang telah mendapat banyak pelajaran dari Nabi SAW. Karena kemudian mereka bermaksud untuk menyiksa isteri dan anak-anaknya yang menjadi penghalang untuk berhijrah. Maka turunlah ayat ini yang menegaskan bahwa Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. Dalam riwayat lain ayat ini turun di Madinah berkenaan dengan Auf bin Malik Al-Asyja’i yang mempunyei anak isteri yang selalu menangisinya apabila akan pergi berperang bahkan menghalanginya dengan berkata: “kepada siapa engkau akan titipkan kami ini”. Ia merasa kasihan  kepada mereka dan tidak jadi berangkat perang.

Kandungan Surat At-Thagabun 14-15
Dalam ayat ini Allah SWT menjelaskan bahwa ada di antara isteri-isteri dan anak-anak menjadi musuh bagi suami dan orang tuanya mencegah mereka berbuat baik yang mendekatkan mereka kepada Allah SWT, menghalang mereka beramal saleh yang berguna bagi akhirat mereka. Bahkan adakalanya menjerumuskan mereka kepada perbuatan  maksiat, perbuatan haram yang dilarang oleh agama, sebagaimana yang dijelaskan di dalam satu riwayat bahwa Nabi bersabda:
“Akan datang suatu zaman kepada umatku, seorang lelaki ancur gara-gara istri dan anaknya. Keduanya mencela dan mengejeknya, karena kemiskinannya. Maka ia melakukan perbuatan yang jahat (untuk menghilangkan kemiskinannya) lalu binasalah ia”.
Karena ia merasa cinta dan sayang kepada istri dan anaknya, supaya kedua hidup mewah dan senang, ia tidak segan berbuat yang dilarang agama, seperti korupsi dan lainnya, menyebabkan ia rusak binasa oleh karena itu, ia harus berhati-hati, penuh kesabaran menghadapi anak istri mereka.












BABIII
KESIMPULAN
Pembinaan kehidupan bagi generasi muda baik moral maupun agama menjadi suatu hal yang sangat penting, karena generasi muda merupakan tonggak keberlangsungan suatu bangsa dan negara. Nilai-nilai moral dan agama yang akan menjadi pengendali dan pengaruh dalam kehidupan manusia itu adalah nilai-nilai yang masuk dan terjalin serta terinternalisasi ke dalam pribadinya. Semakin cepat nilai-nilai itu masuk ke dalam pembinaan pribadi, akan semakin kuat tertanamnya dan semakin besar pengaruhnya dalam pengendalian tingkah laku dan pembentukan sikap pada khususnya. Ajaran Islam (Al-Qur’an) amat memperhatikan pembinaan generasi muda. Pembinaan tersebut hendaknya dilakukan melalui kegiatan pendidikan yang dimulai dari rumah tangga atau pendidikan keluarga.



























                                                  DAFTAR PUSTAKA                  
Muhammad Nasib Ar-Rifa’i, 1999, Ringkasan Tafsir Ibnu Katsir, Gema Insani: Jakarta.
K.H.Q. Shaleh dan H.A.A Dahlan, 2000, Asbabun Nuzul, CV Penerbit Diponegoro: Bandung
http://c. 1asphot. com/sibin/Alquran_Tafsir
Abudin Nata, 2002, Tafsir al-ayat at-Tarbawiyyah, PT. Raja Garfindo Persada:  Jakarta.

  


Tidak ada komentar:

Posting Komentar

KerjaSama Orang Tua dengan Guru Dalam Pembentukan Akhlak siswa Pada Tingkat MI Di Yayasan Wathoniyah 5 ulu Laut Palembang

CONTOH PROPOSAL TESIS PENDAHULUAN A.     Latar Belakang Masalah Agama Islam sangat menjunjung tinggi tingkah laku atau akhlak ya...