Upaya
BAB I
PENDAHULUAN
A.
LatarBelakangMasalah
Agama Islam sangat menjunjung tinggi tingkah laku atau akhlak
yang mulia baik dan buruknya penilaian terhadap keperibadian pemeluknya adalah tergantung bagaimana tingkah laku atau akhlak
yang ditampilkannya dalam kehidupan sehari-hari.
Jika tingkah laku
yang ditampilkannya baik, maka akan baik
pula penilaian yang melekat pada dirinya dan akan membawa efek positif dalam kehidupannya.
Sebaliknya jika tingkah laku
yang ditampilkan buruk, maka akan buruk
pula penilaian yang diberikan kepadanya dan akan membawa dampak
negative bukan hanya bagi dirinya,
tetapi juga bagi
orang lain, terutama bagi orang yang
ada disekitar kehidupannya.
Pendidikan Islam merupakan pendidikan
yang bertujuan untuk mengasuh dan membimbing anak didik
agar dapat memahami,
menghayati ajaran-ajaran
Islam, sehingga Nampaklah perilakunya dan tujuan hidup
yang terarah pastinya.[1]
Islam Mengutamakan kemuliaan akhlak,
sebagaimana Nabi Muhammad
SAW pernah bersabda yang
artinya : “Sesungguhnya aku diutus hanyalah untuk menyempurnakan akhlak manusia”. Pernyataan Rasulullah ini dapat dipahami bahwa
menyempurnakan akhlak atau memperbaiki tingkah laku manusia menjadi akhlak yang
baik dan mulia, merupakan misi utama kerasulannya. Yang mana kita tidak tahu kemungkinan
manusia biasa berakhlak ataupun bertingkah laku tidak baik. Karena pada dasarnya
manusia itu memiliki potensi untuk berakhlak dan bertingkah laku baik dan juga bertingkah
laku tidak baik.
Sebagai umat pencinta Rasulullah saw kita diwajibkan
untuk mentaati dan meneladani beliau,
bermula dari bersikap ataupun perbuatan hati, cara berfikir, cara berbicara,
dan bertingkah laku dalam kehidupan sehari-hari.
Sebagaimanadalam Al-Qur’an :
لَّقَدۡ كَانَ لَكُمۡ فِي رَسُولِ ٱللَّهِ أُسۡوَةٌ حَسَنَةٞ لِّمَن
كَانَ يَرۡجُواْ ٱللَّهَ وَٱلۡيَوۡمَ ٱلۡأٓخِرَ وَذَكَرَ ٱللَّهَ كَثِيرٗا) ٢١ (
Artinya :
Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu
suri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah
dan (kedatangan) hari kiamat dan dia banyak menyebut Allah.
Secara sederhana dapat disimpulkan bahwa
sebagai umat pencinta Rasulullah SAW manusia dalam interaksinya kepada Allah
SWT dan interaksinya kepada antar sesamanya dan alam sekitarnya, idealnya
menerapkan akhlak dan tingkah laku sesuai dengan ajaran agama, baik secara
bathiniyah (perbuatan hati dan pikiran) ataupun secara lahiriah (ucapan dan
perbuatan). Hal itu sejalan dengan dengan misi kerasulan Nabi Muhammad SAW
yaitu menyempurnakan akhlak manusia. kita sebagai umatnya hendaklah memberi
teladan dan membiasakan hal-hal yang yang baik dan tutur kata dan perbuatan
atau tingkah laku di lingkungan masyarakat, sekolah dan sebagainya khusunya
terhadap anak pada usia pra sekolah dan anak sekolah terutama pada tingkat MI/MTS.
Karena apa yang mereka dengar dan apa yang mereka lihat akan menjadi panutan
bagi mereka, dan tingkah laku ataupun kebiasaan-kebiasaan yang mereka lakukan
dalam kehidupan sehari-hari. Mengingatkan dan menegur mereka ketika berkata
atau bertingkah laku yang tidak baik juga merupakan perbuatan yang mulia dan
mendidik anak tersebut.
Membentuk anak atau siswa agar memiliki
tingkah laku yang baik sesuai dengan ajaran agama kita yaitu agama Islam atau berakhlak mulia, bukanlah perkara yang
yang bisa dibilang mudah. Sebelum terbentuknya tingkah laku yang baik atau
akhlak mulia itu, terlebih dahulu harus ada nilai-nilai akhlaqul karimah dalam
diri mereka melaluiproses pembelajaran, latihan dan pembiasaan dan sosialisasi
dalam waktu yang cukup lama bahkan bisa juga sepanjang hidupnya secara
bertahap. Apalagi menanamkan nilai-nilai akhlak kepada siswa yang tingkah
lakunya terlanjur keliru karena faktor kurangnya perhatian serta bimbingandari
orangtua di rumah, ditambah pula dengan teman sepergaulan dan suasana
lingkungan masyarakat yang kurang mendukung dan juga teknologi informasi yang
tidak hanya memberikan efek positif, tetapi juga membawa dampak negatif
terhadap perkembangan tingkah laku mereka.
Pendidikan sebagai suatu sistem terdiri atas beberapa
komponen yang masing-masing saling berkaitan dan berhubungan untuk mencapai keberhasilan
pendidikan sesuai dengan apa yang telah diprogramkan. Keselarasan antar komponen
ini akan menopang keberhasilan pencapaian tujuan Pendidikan. Menurut Jalaluddin
alat pendidikan adalah segala sesuatu yang bisa menunjang kelancaran pendidikan
dan salah satu dari alat pendidikan tersebut adalah pendidik.[2]
Pada dasarnya pendidikan yang pertama dan
paling utama adalah orangtua. Orang tua merupakan penanggung jawab pertama dan
yang utama terhadap pembinaan akhlak dan kepribadian seorang anak.
Orangtua dapat membina dan membentuk akhlak dan
kepribadian anak melalui sikap dan cara hidup yang diberikan orangtua yang
secara tidak langsung merupakan pendidikan bagi sang anak. Selain orangtua,
guru tugas sebagai penanggungjawab terhadap
pembentukan sikap dan pembinaan akhlak siswa. Tujuan utama dari pendidikan
Islam adalah untuk membentuk sikap dan tingkah laku siswa serta membina akhlak
siswa agar menjadi penuntun untuk menjalani kehidupan sesuai dengan ajaran
Islam. Pentingnya akhlak tidak saja dirasakan oleh manusia dalam kehidupan
perseorangan, tetapi juga dalam kehidupan dalam keluarga dan masyarakat, bahkan
juga dirasakan dalam kehidupan beerbangsa atau bernegara kelak ketika siswa
tersebut telah dewasa. Sebagaimana yang dikemukakan oleh Nasirudi Razak
“Pendidikan Aklaqul Karimah (akhlak mulia) adalah faktor yang penting dalam
membina suatu umat untuk membangun suatu bangsa.”[3]
B. Batasan Masalah
Penelitian ini dibatasi dengan permasalahan
tentang Upaya Guru Akidah Akhlak dalam proses pembinaan akhlak siswa di MTS
Patra Mandiri Plaju Palembang. Metode yang dilakukan pada proses pembinaan
akhlak siswa di MTS Patra Mandiri Plaju serta faktor-faktor penghambat dan
pendukung guru akidah akhlak dalam proses pembinaan akhlak siswa di MTS Patra
Mandiri Plaju.
C. Rumusan Masalah
Berdasarkan Latar belakang masalah dan batasan masalah di atas, maka dapat
disimpulkan beberapa rumusan masalah sebagai berikut :
1. Bagaimana upaya yang dilakukan guru akidah
akhlak dalam proses pembinaan akhlak siswa di MTS Patra Mandiri Plaju Palembang
?
2. Bagaimana metode pembinaan guru akidah akhlak
dalam proses pembinaan akhlak siswa di MTS Patra Mandiri Plaju Palembang ?
3. Faktor-faktor apa saja yang menghambat dan mendukung
dalam proses pembinaan akhlak siswa di MTS Patra Mandiri Plaju Palembang ?
D. Tujuan dan Kegunaan Penelitian
Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka
dapat diketahui tujuan dari penelitian ini, yaitu :
1. Untuk mengetahui apa saja upaya yang dilakukan
guru akidah akhlak dalam proses pembinaan akhlak siswa di MTS Patra Mandiri
Plaju Palembang.
2. Untuk mengetahui metode apa yang digunakan
guru akidah akhlak dalam proses pembinaan akhlak siswa di MTS Patra Mandiri
Plaju Palembang.
3. Untuk mengetahui apa saja faktor-faktor yang
menghambat dan mendukung dalam proses pembinaan akhlak siswa di MTS Patra
Mandiri Plaju Palembang.
E. Kegunaan Penelitian
Dalam proses penelitian ini terdapat dua kegunaan pokok
yaitu :
a. Hasil penelitian ini diharapkan dapat membantu
dalam mengetahui upaya guru akidah akhlak dalam membina akhlak siswa.
b. Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi
masukan bagi para guru-guru di sekolah tersebut ataupun sekolah lainnya dalam
membina akhlak siswa.
F. Tinjauan Pustaka
Berikut ini merupakan beberapa penelusuran terhadap beberapa hasil
penelitian terkait dengan pembinaan akhlak siswa (Perilaku atau karakter) yang
telah dilakukakan oleh beberapa peneliti sebelumnya :
Mislinar (2011), dalam tesisnya yang berjudul “Upaya Guru Pendidikan
Agama Islam Dalam Peningkatan Akhlak Peserta Didik (Studi kasus di Sekolah
Menengah Pertama Islam Terpadu (SMP IT) Izzudin Palembang”.[4]
Pascasarjana UIN Raden Fatah Palembang. Dalam tesisnya menyimpulkan bahwa upaya
guru dalam meningkatkan akhlak peserta didik SMP Islam terpadu Izzudin telah
berjalan dengan baik, meliputi peningkatan proses belajar mengajar, membaca dan
menghafal Al-Qur’an serta berzikir dan berdo’a setiap hari, meningkatkan
keidisplinan baik terhadap guru maupun terhadap peserta didik, menerapkan
metode mengajar yang bervariasi menuju kunjungan edukatif (karyawisata), serta
mendatangkan narasumber baik orang tua peserta didik maupun peserta didik itu
sendirimaupun masyarakat lainnya yang disesuaikan dengan tema kebutuhan
peningkatan akhlak dan sains. Kepadapesertadidik yang sudah hafal juz 30 dan 29
diberikan sertifikat khusus.
Khoirul Anwar (2015), dalam tesisnya yang berjudul“Pembinaan akhlak siswa
di MA Muhammadiyah 1 Palembang (pada kegiatan keagamaan)”.[5]
Pascasarjana UIN Raden Fatah Palembang. Dalam tesisnya menjelaskan bahwa pembinaan
akhlak terhadap siswa harus diberikan secara tepat dengan cara mulai dari pendekatan
terhadap siswa itu sendiri bisa juga dilihat dari perkembangan psikologi siswa tersebut.
Pendidikan yang berlandaskan Ajaran agama Islam yang diberikan dan disampaikan secara
bertahap pada anak tersebut akan menjadi unsur yang penting dalam proses
pembinaan akhlak siswa.
Faisal (2005), dalam tesisnya yang berjudul“Upaya Guru dalam menciptakan
suasana keagamaan di Sekolah Menengah Atas Negeri (SMA) N 6 Palembang”.Pascasarjana
UIN Raden Fatah Palembang. Dalam tesisnya ia menjelaskan bahwasannya guru-guru
memiliki program dan juga mereka dapat mengintegrasi nilai-nilai keagamaan antar
bidang studi yang diajarkan di sekolah tersebut. Pemanfaatan sarana dan prasarana
tempat ibadah dengan semaksimal mungkin. Akan tetapi di sini baru sebatas praktek
ibadah saja. Shalat dhuha, shalat hajat, shalat dzuhur, membaca Al-Qur’an dan
lain sebagainya. inilah upaya guru dalam menciptakan suasana keagamaan di sekolahnya.
Hermi (2015),“Akhlak siswa SMA (Studi kasus terhadap akhlak pelajaran SMA Negri 2 Muara Pinang Kab. 4 Lawang) dan factor-faktor
yang mempengaruhinya”.[6] Pascasarjana
UIN Raden Fatah Palembang. Dalam tesisnya dijelaskan bahwasannya akhlak siswa pada sekolah ini sangatlah kurang baik.
Kurangnya sikap hormat siswa kepada gurunya mulai dari ketika
di dalam kelas ataupun
di luar sekolah. Akan
tetapi ada juga
yang memiliki perilaku dan akhlak
yang baik terhadap guru
dan temannya tapi hanya sebagian kecil saja.
Dan faktor-faktor yang mempengaruhinya diantaranya yaitu kurangnya perhatian
orang tua di rumah karena kesibukan masing-masing.
Sehubungan dengan penjelasan
di atas, walaupun sudah banyak
para peneliti yang meneliti tentang akhlak,
namun kajiannya berbeda dengan peneliti
yang hanya fokus pada upaya
guru pendidikan akidah akhlaknya dalam Pembinaan akhlak siswa
di MTS Patra Mandiri Plaju
Palembang. Peran guru di sekolah itu sebagai pengganti
orangtua siswa di rumah karena kesibukan atau keterbatasan pendidikan
yang dimiliki orang tua, maka seorang
guru itu mempunyai peranan
yang sangat penting terhadap
proses pembinaan akhlak siswa
di sekolahnya masing-masing.[7]
c.
KerangkaTeori
Pendidikan berusaha mengubah keadaan seseorang dan tidak tahu menjadi tahu,
dari dapat berbuat, dan tidak bersikap seperti yang diharapkan menjadi bersikap
seperti yang diharapkan. Kegiatan pendidikan adalah usaha membentuk manusia
secara keseluruhan aspek kemanusiannya secara utuh, lengkap dan terpadu. Tugas
pendidikan, termasuk pendidikan di sekolah, yang paling utama selain memberikan
dan mengajarkan materi yaitu menanamkan nilai-nilai pendidikan agama islam pada
diri siswa. Maka hendaklah masing-masing guru, terlebih lagi guru akidah akhlak
melaksanakan tugas pendidikannya itu sebaik-baiknya.[8]
Fungsi pendidikan agama mengamanatkan kepada kita para orang tua di rumah,
orang dewasa di dalam masyarakat, terutama guru di sekolah pada setiap jenjang
pendidikan yang dimulai dari tingkat sekolah TK, SD, SMP, dan SMA supaya dalam
proses pembelajaran idealnya tidak hanya memperhatikan kemampuan kognitif dan
kemampuan psikomotorik pada siswa tetapi juga harus memperhatikan kemampuan
dinamik-afektifnya.
Kemampuan kognitif meliputi pengetahuan dan pemahaman, kemampuan
psikomotorik meliputi ketrampilan melakukan rangkaian gerak-gerikdalam urutan
tertentu, dan kemampuan dinamik-afektif adalah meliputi sikap dan nilai yang
meresapi perilaku dan tindakan.[9]
Guru hendaklah dapat memahami dan dapat membedakan perbedaan yang dimiliki masing-masing
individu perserta didik yang menjadi tanggung jawabnya. Terutama peserta didik
yang berbeda latar belakang kehidupan keluarganya.
Seorang guru jika berhasil mewujudtkan hubungan yang baik antara guru dan
anak didik, akan sangat berguna dalam menghilangkan kebosanan pada diri anak
didik. Timbulnya komunikasi yang baik antara guru dan anak didik membawa dampak
positif bagi perkembangan akhlak anak didik. Hubungan antara guru dan siswa
ikut memainkan peranan yang penting dalam membentuk kepribadian mereka,
sehingga bisa menjadi tolak ukur yang menentukn keberhasilan atau kegagalan
suatu pelajaran. Seorang anak atau siswa hendaknya memiliki akhlak yang baik
sejak kecil, agar hidupnya penuh dengan ridha dari tuhanNYA , dicintai
keluarganya dan semua orang. Ia juga harus meninggalkan dan meninggalkan
perbuatan buruk atau tercela karena sangatlah tidak disukai oleh Allah.
Akhlak baik dan buruk pada siswa karena pengaruh dari lingkungannya. Siswa
diberikan pengalaman-pengalaman untuk bekal hidup mereka di masa yang akan
datang dengan pembinaan akhlak yang baik. Contohnya melalui kegiatan-kegiatan
ekstra kurikuler di sekolah seperti rohis, pramuka, kesenian, olahraga dan lain
sebagainya. Melalui kegiatan ini, siswa dapat mengembangkan potensi yang ada pada dirinya.
Pembinaan siswa adalah pemberian
layanan kepada siswa di suatu lembaga pendidikan, baik di dalam maupun di luar
jam belajarnya di kelas. Pembinaan kepada siswa dilakukan dengan menciptakan
kondisi atau membuat siswa sadar akan tugas-tugas belajarnya. Beberapa hal yang dapat dilakukan dalam rangka
pembinaan siswa ini adalah: a. Orientasi siswa baru b. Pengaturan kehadiran
siswa c. Pembinaan disiplin dan Tata tertib d. Kegiatan keorganisasisan siswa. [10]
Pengertian akhlak
Kata
akhlak bentuk jamak dari al-khuluq atau al-khulq yang secara etimologi berarti
: 1. Tabiat, budi pekerti 2. Kebiasaan atau adat 3.keperwiraan, kesatriaan, kejantanan 4. Agama 5. Kemarahan
(ghadab).[11] Al-ghazali mendefinisikan akhlak
: sifat yang tertanam pada jiwa
yang menimbulkan perbuatan dengan mudah tanpa memerlukan pemikiran dan pertimbangan.[12] Jika perbuatan itu perbuatan baik dan terpuji menurut pandangan akal dan syariat islam,
disebut dengan akhlak terpuji.
Tetapi jika perbuatan itu bukan perbuatan baik disebut dengan akhlak tercela.
Akhlak itu sesungguhnya perpaduan antara lahir dan batin.
Seseorang dikatakan berakhlak apabila seirama antara perilaku lahirnya dan batinnya.
Karena akhlak itu juga terkait dengan hati,
maka pensucian hati adalah salah satu jalan untuk mencapai akhlak mulia.
Dalam pandangan islam hati
yang kotor akan menghalangi seseorang mencapai akhlak mulia,
karena tidak dilandasi oleh hati
yang mulia pula. Disinilah letak etika atau
moral. Menanamkan nilai-nilai yang terkandung dalam
ajaran agama, termasuk di dalamnya nilai-nilai akhlak al-karimah baik secara
menyeluruh atau pun dalam hal kecil seperti tingkah laku sehari-hari tidaklah
mudah, apalagi mengupayakan karakterisasi nilai-nilai tersebut dalam diri
mereka.
Berbagai upaya
(pendekatan,strategi,metode,dan teknik) harus dilakukan, sesuai dengan
nilai-nilai yang akan ditanamkan. Dan tentunya harus ada kerjasama yang baik
terutama antara sekolah dan orangtua siswa di rumah, dengan tidak mengabaikan
lingkungan masyarakat. Peran keluarga juga sangat penting, karena sejak anak
bangun tidur hingga tidur lagi anak-anak mendapatkan pengaruh dan pendidikan
dari lingkungan keluarga.
Selain lingkungan pendidikan keluarga dan sekolah, lingkungan masyarakat
juga berpengaruh. Walaupun mungkin pengaruhnya tidak begitu besar dalam
membekali ilmu pengetahuan, menumbuh-kembangkan perasaan dan sikap serta
pengalaman beragama pada anak, tetapi tidak bisa dipungkiri bahwa kondisi
lingkungan masyarakat akan turut mempengaruhinya. Untuk menunjang pelaksanaan
dan pencapaian target pendidikan agama di lingkungan keluarga dan sekolah yang
merupakan harapan kita bersama, harus ada keterpaduan antara ketiga lingkungan
pendidikan tersebut. Maka keterpaduan antara ketiganya
(keluarga,sekolah,masyarakat) harus mengacu pada pembentukan akhlak mulia yang
bermuara pada penanaman nila-nilai tingkah laku (nilai-nilai akhlakul karimah).
Dengan adanya kerjasama yang baik antara ketiga lingkungan pendidikan
tersebut, diharapkan dapat secara bersama-sama memberikan pengaruhnya dalam
membentuk tingkah laku dan akhlak al karimah siswa di sekolah.
d.
Metodologi
Penelitian
1.
Pendekatan dan Jenis Penelitian
Penelitian ini merupakan
penelitian kualitatif, yakni proses penelitian yang bertujuan memahami suatu
masalah kemanusiaan atau kemasyarakatan, yang didasarkan pada penyusunan suatu
gambaran yang kompleks menurut pandangan yang rinci dari para informan, serta
yang dilaksanakan di tengah setting ilmiah. Pendekatan yang digunakan adalah
pendekatan kualitatif yaitu pendekatan yang menekankan pada makna, penalaran,
definisi suatu situasi tertentu (dalam konteks tertentu), lebih banyak meneliti
hal-hal yang berhubungan dengan kehidupan sehari-hari.[13]
Populasi dan Sampel
Populasi adalah kumpulan dari keseluruhan pengukuran, objek, atau individu yang
sedang dikaji.[14]
Jadi, pengertian populasi dalam statistik tidak terbatas pada sekelompok/kumpulan orang-orang, namun mengacu pada
seluruh ukuran, hitungan, atau kualitas yang menjadi fokus perhatian suatu
kajian. Suatu pengamatan/survey terhadap seluruh anggota populasi disebut
sensus. Populasi sering juga disebut universe atau sekelompok individu
atau objek yang memiliki karakteristik yang sama, misalnya status sosial sama,
atau obyek ain yang mempunyai karakteristik sama seperti golongan darah.
2.
Sumber Data
Ada dua jenis
sumber data yang digunakan dalam penelitian yaitu :
-
Data Sekunder (Secundary Data)
Data sekunder merupakan sumber data penelitian yang diperoleh peneliti
secara tidak langsung melalui media perantara (diperoleh dan dicatat oleh pihak
lain). Data sekunder umumnya berupa bukti, catatan atau laporan historis yang
telah tersusun dalam arsip (data dokumenter) yang dipublikasikan dan yang tidak
dipublikasikan. Data sekunder dapat dilakukan secara langsung melalui observasi
dan wawancara melalui sumber data terhadap upaya apa saja yang dilakukan guru
pendidikan agama Islam dalam proses pembinaan akhlak, faktor yang menghambat
dan mendukung pelaksanaan pembinaan akhlak dan metode apa yang dgumakan dalam
pembinaan akhlak di MTS Patra Mandiri Plaju
-
Data Primer (Primary
Data)
Data primer merupakan sumber data yang diperoleh langsung dari sumber asli
(tidak melalui media perantara).[15]
Data primer dapat berupa opini subjek (orang) secara individual atau kelompok,
hasil observasi terhadap suatu benda (fisik), kejadian atau kegiatan, dan hasil
pengujian. Metode yang digunakan untuk mendapatkan data primer yaitu : (1)
metode survei dan (2) metode observasi. Contohnya berupa data yang berkaitan
dengan profil sekolah, visi dan misi sekolah, buku permasalahan siswa, kegiatan
siswa, tata tertib siswa, program beasiswa sekolah, prestasi siswa dan lain
sebagainya yang ada di MTS Patra Mandiri Plaju.
Teknik Pengumpulan data
Untuk membantu berjalannya proses penelitian ini.
Penulis menggunakan metode sebagai berikut :
1.
Observasi
Metode
Observasi merupakan salah satu teknik pengumpulan data yang tidak hanya mengukur sikap dari
responden namun juga dapat dilihat dari berbagai fenomena, baik dalam situasi
yang sebenarnya maupun dlaam situasi buatan untuk mencapai suatu tujuan.
Observasi tidak hanya
digunakan dalam kegiatan evaluasi saja tetapi juga dala bidang penelitian.
Tujuan utama observasi adalah untuk mengumpulkan data dan informasi baik yang
berupa peristiwa atau tindakan , baik dalam situasi yang sesungguhnya maupun
dalam situasi buatan.[16]
Adapun observasi yang dilakukan untuk
mengetahui proses pembinaan di MTS Patra Mandiri Plaju Palembang, mengamati dan
mencatat beberapa hal yang berhubungan dengan kegiatan guru, kegiatan siswa
dalam proses pembinaan akhlak siswa.
2.
Wawancara
Wawancara merupakan teknik pengumpulan
data yang dilakukan melalui tatap muka dan
Tanya jawab baik secara langsung maupun tidak langsung antara pengumpul
data maupun peneliti terhadap narasumber atau sumber
data. Beberapa hal yang
perlu disiapkan ketika akan wawancara yaitu : tujuan wawancara, membuat
kisi-kisi dan pedoman wawancara,
menyusun pertanyaan sesui data yang diperlukan dan bentuk pertanyaan yang
diinginkan.[17]
Teknik ini digunakan agar dapat mengetahui secara
langsung dari sumber data itu sendiri mengenai apa saja yang dilakukan dalam
pembinaan akhlak siswa, faktor penghambat dan pendukung dalam pembinaan akhlak
siswa di Mts Patra Mandiri Plaju.
3.
Dokumentasi
Dokumentasi merupakan teknik pengumpulanan sumber data
yang digunakan untuk melengkapi penelitian, baik berupa sumber tertulis, film,
gambar (foto), dan lain sebagainya, yang semuanya itu memberikan informasi bagi
proses penelitian.[18] Dalam peneliatian ini dokumentasi ini
digunakan untuk mendapatkan data mengenai uapay guru dalam pembinaan akhlak
siswa, gambaran kedan,situasi dan kondisi sekolah tersebut. Contoh dokumen yang
diperlukan : profil sekolah,guru,tata tertib sekolah,prestasi, beasiswa dan lain sebagainya.
Teknik Analisis Data
Analisis data adalah kegiatan analisis mengk ategorikan
data untuk mendaparkan pola hubungan, tema, menafsirkan apa yang bermakna,
serta menyampaikan atau melaporkannya kepada orang lain yang berminat.Tujuan Analisis Data yaitu untuk mengungkapkan data apa yang masih perlu dicari, hipotesis
apa yang perlu diuji, pertanyaan apa yang perlu dijawab, metode apa yang harus
digunakan untuk mendapatkan informasi baru dan kesalahan apa yang harus segera
diperbaiki.
e.
Sistematika Pembahasan
Agar dapat memudahkan dalam pembahasan
yang telah ditentukan,
penulis membuat sistematika Pembahasan sebagai berikut
:
Bab I yaitu menjelaskan tentang latar belakang masalah,
identifikasi masalah,
rumusan masalah, tujuan dan kegunaan penelitian,
tinjauan pustaka,
kerangka teori, definisi operasional,
metodologi penelitian,
sistematika pembahasan.
Bab II yaitu menguraikan tentang pengertian akhlak,
upaya pendidikan
agama islam dalam pendidikan akhlak siswa,
metode pembinaan akhlak siswa,
dan tujuan pembinaan akhlak siswa.
Bab III yaitu membicarakan tentang sejarah berdiri dan berkembangnya
MTS Patra Mandiri Plaju, visi, misi dan tujuan,
sarana prasarana,
sarana sekolah,
keadaan siswa, guru dan kegiatan-kegiatan apa saja
yang ada di sekolah ini.
Bab IV yaitu membahas hasil analisis tentang upaya guru akidah akhlak dalam pembinaan akhlak siswa di MTS Patra Mandri Plaju
Bab
V yaitu menguraikan kesimpulan dari hasil penelitian.
DAFTAR PUSTAKA
Anwar, Rosihon,“Akhlak Tasawwuf, Bandung : Pustaka Setia,
2010.
Arifin, Zainal, “Evaluasi Pendidikan”, Bandung : PT. Remaja
Rosdakarya, 2011.
Arifin Zainal, “Evaluasi Pembelajaran”, Bandung : PT. Remaja
Rosdakarya, 2011.
Said, Muhammad, As, “Filsafat Pendidikan Islam”, Yogyakarta
: Mitra Pustaka, 2011.
Basri, Hasan, “Filsafat Pendidikan Islam”, Bandung : Pustaka
Setia, 2014
Rusmaini, “Ilmu Pendidikan”, Yogyakarta : Pustaka Felicha,
2013.
Sardiman, “Interaksi & Motivasi Belajar Mengajar”,
Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada, 2011.
Usman, Uzer, “Menjadi Guru Profesional”, Bandung : PT.
Remaja Rosdakarya, 2011.
Musfiqon, “Metodologi Penelitian Pendidikan”,Jakarta : PT.
Prestasi Pustakarya, 2012
Zainuddin, Masyhuri, Metodologi Penelitian Pendektan Praktis dan
Aplikatif”, Bandung : PT. Reflika Aditama, 2011.
Daulay, Putra, Haidar, “Pendidikan Islam dalam Sitem Pendidikan
Nasional di Indonesia, Jakarta : Kencana Prenada Media Group, 2014.
[5] Khoirul Anwar , dalam tesisnya yang berjudul“Pembinaan akhlak siswa di
MA Muhammadiyah 1 Palembang (pada kegiatan keagamaan), (Pascasarjana UIN
Raden Fatah Palembang, 2005).
[6] Hermi ,Dalam tesisnya yang berjudul“Akhlak siswa SMA (Studi kasus terhadap akhlak pelajaran SMA Negri 2 Muara Pinang Kab. 4 Lawang) dan factor-faktor
yang mempengaruhinya” (Pascasarjana UIN Raden Fatah Palembang, 2015).
[10] Sardiman, “Interaksi & Motivasi Belajar Mengajar”, (Jakarta : PT.
Raja Grafindo Persada, 2011), hal 115.
[13] Zainuddin, “Metodologi Penelitian
Pendektan Praktis dan Aplikatif”, (Bandung : PT.
Reflika Aditama, 2011), hal 89.
[14] Zainuddin, Masyhuri, Metodologi Penelitian Pendektan Praktis
dan Aplikatif”, (Bandung : PT.
Reflika Aditama, 2011), hal 87.
[17]
Ibid., hal 158.
[18]
Musfiqon, “Metodologi Penelitian Pendidikan”, (Jakarta : PT. Prestasi
Pustaka, 2012), hal 131.